Rabu 28 Apr 2021 00:55 WIB

Balitbanghub Uji Operasional Pesawat Apung di Daerah Wisata

Pengoperasian pesawat apung juga akan dilakukan di daerah lain.

Rep: Muhyiddin/ Red: Satria K Yudha
Balitbanghub melakukan uji operasional pesawat apung.
Foto: Dok Balitbanghub
Balitbanghub melakukan uji operasional pesawat apung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) mengadakan uji operasional seaplane atau pesawat apung dengan rute Bali menuju Gili Iyang pada Senin (26/4). Selain uji operasional pesawat apung, Balitbanghub juga merencanakan pembangunan bandar udara perairan sebagai tempat lepas landas dan pendaratan dari pesawat apung tersebut. 

Seaplane merupakan pesawat udara yang dapat mendarat di bandar udara daratan (land aerodrome) serta bandar udara perairan (water aerodrome). Seaplane yang diujikan dalam uji operasional ini adalah jenis Cessna Caravan Amfibi 208A yang saat ini beroperasi di Indonesia. 

Dikemudikan oleh pilot Captain Yopi Priherda, pesawat ini merupakan pilihan yang sesuai untuk digunakan pada perairan di Indonesia. Hal ini berdasarkan pengamatan dan analisis yang dilakukan oleh Balitbanghub terkait kedalaman perairan, ketinggian gelombang, serta kekuatan arus.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Umar Aris mengatakan, kegiatan ini telah melalui serangkaian proses penelitan dan pengembangan yang memperhitungkan secara cermat berbagai aspek mulai dari aspek teknis dan keselamatan. 

"Kami optimistis bahwa seaplane ini menjadi terobosan yang positif untuk turut memajukan pariwisata Indonesia, meningkatkan perekonomian juga layanan penghubung atau konektivitas antar pulau,” ujarnya Umar dalam siaran pers, Selasa (27/4). 

Gili Iyang menjadi lokasi pertama yang dipilih dalam uji operasi ini. Pulau ini terletak di sebelah timur Pulau Madura dan secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Bupati Sumenep Achmad Fauzi menjelaskan, Gili Iyang menjadi salah satu lokasi yang potensial karena dikenal sebagai pulau dengan kadar oksigen tinggi yang menjadi daya tarik utama bagi wisawatan. 

“Selain melayani kebutuhan wisata, seaplane ini diharapkan dapat juga melayani kebutuhan masyarakat sebagai sarana transportasi. Dari hasil uji coba ini kami sangat menyambut baik dan akan mendukung sebaik mungkin untuk implementasi ke depannya,” ucap Fauzi.

Fauzi menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Sumenep menyambut dengan baik terobosan serta solusi transportasi ini. “Kami akan melakukan komunikasi yang lebih intensif dengan pemerintah pusat untuk rencana kedepannya,” katanya. 

Pesawat apung umumnya digunakan sebagai sarana transportasi ke daerah terpencil yang tidak memiliki bandara di daratan, tapi memiliki wilayah perairan yang cocok sebagai landasan. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Udara, Novyanto Widadi menyatakan bahwa pesawat apung juga dapat digunakan untuk kepentingan search and rescue (SAR) dan patroli laut. Tapi, kini semakin banyak juga pesawat apung yang digunakan untuk transportasi wisata di wilayah perairan luas. 

“Sebagai negara kepulauan, dengan wisata pantai yang sangat banyak, Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan sarana transportasi pesawat apung. Harapannya setelah pandemi ini berlalu, adanya seaplane dan bandar udara perairan di Gili Iyang bisa meningkatkan kemajuan wisata di sana,” jelasnya. 

Selain Gili Iyang, Kemenhub melalui Balitbanghub juga merencanakan pembuatan bandara perairan dan pengoperasian seaplane di daerah lainnya di Indonesia. Lokasi yang direncanakan meliputi Danau Toba, Sumatra Utara; Pulau Senua, Kepulauan Riau; Derawan Berau, Kalimantan Timur; Gili Trawangan di Lombok Utara (NTB), Labuan Bajo Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur; Bunaken, Manado; Wakatobi, Sulawesi Tenggara; Pulau Widi Halmahera Selatan, Maluku Utara; dan Raja Ampat, Papua Barat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement