Senin 10 Oct 2022 11:14 WIB

Potensi Cuaca Ekstrem Masih Tinggi di Bogor Raya

Potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terjadi pada 9-15 Oktober.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Warga menjaring ikan di Situ Cikaret dengan latar belakang awan mendung di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Warga menjaring ikan di Situ Cikaret dengan latar belakang awan mendung di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan rilis potensi cuaca ekstrem sebelumnya untuk periode 2 hingga 8 Oktober 2022. Berdasarkan analisis terkini, kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup signifikan meningkatkan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah dalam sepekan kedepan, termasuk Kota dan Kabupaten Bogor.

Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Indra Gustari, menjelaskan hasil analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya sirkulasi siklonik. Atmosfer ini membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktifitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan.

Kemudian, masih aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti MJO (Madden Jullian Oscillation) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin, juga secara tidak langsung masih akan meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. "Termasuk sebagian wilayah Jawa Barat dalam beberapa hari ke depan,” kata Indra dalam keterangannya, Senin (10/10).

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang. Diperkirakan kondisi tersebut akan berlangsung pada 9 hingga 15 Oktober 2022 di beberapa daerah Jawa Barat, termasuk Kota dan Kabupaten Bogor.

Dalam menghadapi potensi peningkatan curah hujan ini, Indra merekomendasikan, pemerintah daerah wilayah terdampak dapat segera melakukan antisipasi dan mitigasi di area yang rentan terjadi bencana seperti banjir, banjir bandang, genangan tinggi, longsor, dan lain sebagainya. 

Indra mengatakan, penataan kondisi lingkungan dapat dilakukan seperti merapihkan pohon yang tinggi dan dapat membahayakan jika terjadi hujan lebat disertai angin kencang. Selain itu, melakukan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi. Seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi.

Di samping itu, Indra mengatakan, pemerintah daerah diminta lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.

“Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement