Kamis 10 Nov 2022 07:57 WIB

Ini Cerita Atalia Ridwan Kamil Soal Beda Cara Mengasuh Anak

Anak yang gemar menangis sebetulnya sedang mencari perhatian.

Rep: Santi Sopia/ Red: Agus Yulianto
Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Praratya S.Ip M.I.Kom
Foto: Istimewa
Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Praratya S.Ip M.I.Kom

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Atalia Praratya yang juga merupakan istri Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil, bercerita pengalaman mengasuh anak yang cukup berbeda. Atalia mengatakan, saat memiliki anak pertama, ia merasa sangat tekstual.

“Anak pertama seperti coba-coba, beli banyak buku parenting jadi tekstual banget mengikuti apa yang ada di buku. Tetapi, pas anak kedua merasa sudah berpengalaman,” kata Atalia dalam peluncuran buku cerita anaknya berjudul “Dinda Tidak Rewel Lagi” terbitan Erlangga di Jakarta, Rabu (9/11/2022).

Atalia yang juga merupakan Bunda PAUD Jawa Barat itu berbagi pengalaman menghadapi saat anak tantrum. Jika saat anak kedua tantrum, dia cenderung akan membiarkan anak sendirian di sebuah sudut, lain halnya dengan anak ketiga.

“Kalau anak kedua saya tidak tahu, bisa jadi saya salah pola asuh itu. Kalau Anngis saya setrap ditaruh di sebuah sudut dia takut sendirian. Tapi, yang sekarang lebih dipeluk,” lanjut dia.

Lebih lanjut, menurut Atalia, saat anak tantrum sebenarnya dikarenakan mencari perhatian. Ada yang merasa kurang sentuhan, ingin diperhatikan, disayang.

Jika anak emosi, usahakan orang tua juga tidak ikut emosi, melainkan memberi nada bicara lebih rendah dan tenang. Orang tua perlu terus belajar mengelola marah itu sendiri karena belajar adalah proses yag tidak berkesudahan. 

Atalia menambahkan, setiap anak ingin punya orang tua yang menyayanginya sepenuh hari. Anak yang gemar menangis sebetulnya sedang mencari perhatian.

Hal yang paling penting adalah ortu memberi perhatian lebih supaya anak merasa disayangi dan diperhatikan. Sehingga kemudian anak juga sampai pada tahap merasakan bahwa orang tua tidak nyaman ketika dia menangis.

“Anak ini diajak bicara kadang tidak mengerti, pada saat kita belajar ilmu komunikasi, ada teori bicara sesuai audiens kita. Ortu berhadapan dengan anak saya harus selevel, kontak mata,” tambah Bunda Literasi Jabar tersebut. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement