Sabtu 13 May 2023 17:09 WIB

Harapan Ganjar untuk Penggantinya sebagai Gubernur Jateng

Ganjar telah memimpin Jateng selama dua periode.

Acara talkshow Ngopi Ngapak BI Purwokerto yang menghadirkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo (kanan)
Foto: dok. BI Purwokerto
Acara talkshow Ngopi Ngapak BI Purwokerto yang menghadirkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Gubernur Provinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo mempersilakan penggantinya untuk melanjutkan program-program yang telah dia jalankan selama memimpin Jateng selama dua periode (10 tahun) yang dinilai bagus oleh masyarakat.

"Siapa pun nanti yang akan menggantikan saya, silakan memilih, opsinya cukup banyak. Kalau menurut masyarakat itu bagus, menurut saya layak diteruskan, dan kalau menurut masyarakat tidak bagus, dengan senang hati saya dikoreksi," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas.

Ganjar mengatakan hal itu saat menjawab pertanyaan yang diajukan presenter kondang Andy F Noya pada acara 'Ngopi Ngapak (Ngobrol Pintar Ngasih Dampak)' yang menjadi pembuka rangkaian kegiatan Bursa Koperasi Usaha Kecil Menengah (KUKM) Jateng 2023 di kompleks Gelanggang Olahraga Satria Purwokerto, 12-14 Mei 2023.

Andy F Noya selaku host bertanya kepada Ganjar terkait dengan harapan terhadap program-program yang belum terwujud menjelang berakhirnya masa kepemimpinanya sebagai gubernur Jateng.

Sementara host 'Ngopi Ngapak' lainnya, Rony Hartawan menyoroti program 'Lapak Ganjar' yang diinisiasi oleh Ganjar Pronowo sebagai upaya untuk mempromosikan produk-produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Menurut kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto itu, sebanyak 2.888 UMKM sudah oleh 'Lapak Ganjar' hanya dengan kegiatan yang simpel.

Ia pun bertanya kepada Ganjar terkait dengan kemungkinan adanya rencana pengembangan 'Lapak Ganjar' ke depan dalam konteks yang lebih besar.

Terkait dengan pertanyaan tersebut, Ganjar mengatakan jika ternyata UMKM di Jateng ketika diberi kesempatan, kemudian diberi bantuan, dan didampingi betul-betul bisa naik kelas, bahkan beberapa di antaranya cumlaude.

"Seperti keramik di Salatiga, ini punya cerita yang luar biasa. Ini menarik, saya cek ke sana dan saya agak 'nyesel' waktu itu karena dia membuat teko, bagus banget, saya beli lima, ternyata satu itu harganya Rp 1.500.000," katanya.

Menurut dia, hal itu berarti jika dijual murah malah tidak laku karena produk tersebut bagus, dibuat merek, dan dibuat narasinya. Dengan demikian ketika narasinya dibuat bagus, kata dia, hal itu akan menarik sehingga orang betul-betul ingin memiliki.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement