REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mendorong dilakukan pemetaan sesar-sesar aktif darat yang belum teridentifikasi. Hal ini sebagai upaya mitigasi terhadap potensi terjadi gempa di suatu wilayah.
"Kami juga mendorong pemetaan sesar-sesar aktif darat yang belum teridentifikasi, khususnya di kawasan padat penduduk berdasarkan sejarah kejadian gempa bumi di masa lalu," ujar Suharyanto dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana, Kamis (2/3/2023).
Suharyanto mengatakan, pentingnya mitigasi belajar dari pengalaman gempa tahun 2022. Menurutnya, dampak dari beberapa kali kejadian gempa bumi telah mengakibatkan jumlah korban jiwa meninggal dan kerusakan rumah serta infrastruktur lebih besar dibandingkan dengan tahun 2021.
"Dari sisi dampaknya bencana geologi lebih signifikan sehingga menjadi fokus perhatian ke depan dalam upaya mitigasi dan kesiapsiagaannya," ujar Suharyanto.
Selain itu, Suharyanto menilai perlunya, belajar dari kejadian dan dampak gempa Cianjur dengan kekuatan 5,6 magnitudo serta gempa Turki dengan kekuatan 7,8 magnitudo yang telah mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur sangat besar. Salah satunya dengan penguatan struktur bangunan, fasilitas sosial, fasilitas pendidikan, fasilitas publik, dan fasilitas kesehatan.
"Sebagaimana arahan bapak Presiden dalam rakornas Tahun 2022 lalu harus tetap menjadi fokus perhatian kita bersama," ujarnya.
Karena itu, dalam Rakornas penanggulangan bencana kali ini dilaksanakan bersamaan dengan pameran teknologi kebencanaan. "Teknologi ini ke depan diharapkan bisa menginisiasi lahirnya alat perangkat dan teknologi penanggulangan bencana buatan dalam negeri yang sesuai dengan karakteristik bencana di Indonesia," ujarnya.