Kamis 20 Apr 2023 12:48 WIB

Mudik Pakai Sepeda dari Jakarta ke Jateng

Mudik menggunakan sepeda ini menjadi pengalaman indah yang menyenangkan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah warga mudik menggunakan sepeda balap melintasi jalur pantura Indramayu, Rabu (19/4/2023).
Foto: Dok. Republika
Sejumlah warga mudik menggunakan sepeda balap melintasi jalur pantura Indramayu, Rabu (19/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Mudik ke kampung halaman telah menjadi tradisi masyarakat Indonesia setiap kali lebaran Idul Fitri. Beragam cara pun mereka lakukan demi bisa bertemu sanak keluarga tercinta di kampung halaman.

Seperti yang dilakukan delapan orang rombongan komunitas sepeda balap. Mereka memilih mudik dengan cara mengayuh sepeda balap dari tempat mereka tinggal dan bekerja di Jakarta, menuju berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Tegal, Kebumen, Purworejo dan Gunung Kidul.

Keberadaan rombongan komunitas itupun menjadi pemandangan menarik di antara ribuan kendaraan pemudik lainnya, baik mobil maupun sepeda motor, yang melintas di jalur pantura Indramayu.

Mereka mengenakan pakaian, sarung tangan, kaca mata dan helm khusus pesepeda. Barang yang mereka bawa pun tidak seperti pemudik lain yang membawa banyak barang.

Hanya berbekal beberapa helai pakaian, peralatan sepeda serta uang, rombongan komunitas sepeda balap itu mengayuh sepeda ribuan kilometer. Salah seorang pemudik sepeda, Wawan Setiawan, mengatakan, mudik bersepeda itu mereka jalani karena kecintaan mereka terhadap sepeda balap.

‘’Mudik menggunakan sepeda ini menjadi pengalaman indah yang menyenangkan,’’ kata Wawan, saat ditemui sedang beristirahat di daerah Pangkalan, Kabupaten Indramayu, Rabu (19/4/2023).

Komunitas sepeda balap itupun tidak terlalu memaksakan diri dalam mengayuh sepeda mereka. Jika dirasa sudah lelah, mereka akan beristirahat di sejumlah lokasi istirahat yang banyak tersebar di sepanjang perjalanan.

Begitu pula dengan aktivitas sahur dan berbuka puasa. Mereka pun menjalaninya bersama pemudik lainnya di setiap daerah yang mereka lintasi.

Meski melelahkan dan resiko kecelakaan yang mengintai karena tidak adanya lajur khusus sepeda, tidak mengendurkan semangat mengayuh sepeda. Mereka tetap bersemangat demi bertemu sanak keluarga di kampung halaman. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement