Senin 29 May 2023 23:47 WIB

Cegah Kekerasan, DP3A Kota Bandung Rutin Edukasi Sekolah Ramah Anak

DP3A Kota Bandung juga menyoroti persoalan pernikahan usia dini.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Pelajar di Kota Bandung, Jawa Barat.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
(ILUSTRASI) Pelajar di Kota Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat, melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), terus berupaya mendorong penerapan konsep sekolah ramah anak. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan di lingkungan sekolah.

“Penyuluhan rutin sudah berjalan ke beberapa sekolah terkait bagaimana sekolah harus ramah terhadap anak. Kemudian salah satu unsurnya tidak terjadinya kekerasan,” kata Kepala DP3A Kota Bandung Uum Sumiati di Kota Bandung, Senin (29/5/2023).

Uum mengatakan, pihaknya juga mengundang para kepala sekolah untuk memberikan edukasi sekolah ramah anak dan pencegahan tindak kekerasan. Ia berharap pada tahun ini di Kota Bandung dapat diresmikan sekolah ramah anak yang terstandardisasi.

Insyaallah, akan kami susun kegiatan atau program yang lebih komprehensif. Karena sangat banyak sekolahnya, jadi akan dilihat mana yang harus diprioritaskan. Targetnya tahun ini semoga ada sekolah yang terstandardisasi ramah anak,” ujar Uum.

Selain sekolah ramah anak, Uum mengatakan, DP3A Kota Bandung juga berupaya menekan angka pernikahan dini. Di antaranya melalui Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga).

Salah satu peran Puspaga, kata dia, memberikan edukasi kepada orang tua dalam upaya menerapkan pola asuh dan mempersiapkan anak-anak dalam menghadapi usia perkawinan.

Menurut Uum, langkah antisipasi pernikahan dini perlu terus didorong, khususnya kepada kelompok rentan. Ia mengatakan, kelompok rentan ini, antara lain anak-anak yang putus sekolah. Seperti anak usia sekolah menengah pertama (SMP). 

“Karena penyebab pernikahan usia anak memang banyak hal yang tidak diharapkan, seperti kehamilan dan putus sekolah. Jadi, ini harus tetap kita cegah. Putus sekolah sih rata-rata SMP ke SMA, makanya kita akan dampingi terus dari sisi fisik dan usia,” kata Uum.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement