Selasa 06 Jun 2023 07:36 WIB

Pengamat: Jokowi Lebih Dekat ke Prabowo, Ruang Gerak di PDIP Sepenuhnya Megawati

Pascadideklarasikan orkestrasi pencapresan Ganjar sepenuhnya dikendalikan PDIP.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus Yulianto
Perayaan HUT ke-50 PDIP dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Perayaan HUT ke-50 PDIP dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecenderungan Presiden Joko Widodo lebih dekat dengan bakal calon presiden dari Gerindra Prabowo Subianto karena ruang gerak terkait pencapresan lebih cair dan terbuka. Kondisi ini berbeda dengan keterlibatan Jokowi terkait pencapresan di partainya sendiri PDIP, yang sepenuhnya dikendalikan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Makanya, tidak mengherankan kalau Jokowi belakangan relatif lebih dekat dengan Prabowo karena dengan Prabowo mungkin komunikasi agak lebih cair dan terbuka," ujar pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno kepada Republika.co.id, Selasa (6/6/2023).

Baca Juga

Adi mengatakan, Jokowi memang sebelumnya lebih tampak dekat dengan bacapres dari PDIP Ganjar Pranowo sebelum Gubernur Jawa Tengah itu dideklarasikan. Namun, setelah dideklarasikan justru orkestrasi pencapresan Ganjar sepenuhnya dikendalikan PDIP.

Sehingga, peran dan kedekatan Jokowi dengan Ganjar tidak lagi terlihat. "Karena segala sesuatu yang terkait dengan Ganjar saat ini sangat ditentukan oleh PDIP, sementara Jokowi juga tidak punya peran dan andil yang cukup signifikan, dalam konteks itulah kemudian, agak kelihatan gitu, di mana Jokowi melakukan dansa politik yang kelihatan dekat juga dengan Prabowo Subianto," ujarnya.

Tak hanya Jokowi, kedekatan dengan Prabowo juga ditampilkan oleh kedua putra Jokowi, yakni Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini juga sekaligus menanggapi pemberitaan yang menyebutkan hubungan Jokowi dan Megawati yang merenggang karena masalah pencapresan dan pemilihan cawapres.

"Dari hal-hal inilah yang kemudian membuat betapa hubungan Jokowi dan Megawati dikesankan tidak harmonis lah," ujarnya.

Adi menilai isu keretakan hubungan Jokowi dan Megawati bukan sekali dua kali, tetapi beberapa kali. Dia mencontohkan, ketidaknyamanan PDIP saat Jokowi dinilai memberi endorsment kepada Ganjar di depan relawan Jokowi.

"Ini membuat PDIP agak sedikit tidak nyaman karena persoalan capres di PDIP itu bukan domainnya Jokowi, tapi domain yang hanya boleh disampaikan oleh Megawati Soekarnoputri. Setelah itu keduanya mencair kembali akrab dan kembali hangat," ujarnya.

Meski demikian, meski hubungan keduanya turun naik, mantan gubernur DKI Jakarta itu masih tetap kader PDIP. Karena itu, sulit membayangkan jika pada akhirnya Jokowi pisah jalan dengan PDIP atau mendukung calon di luar PDIP.

Meskipun, persoalan pencapresan maupun cawapres di internal PDIP hanya mungkin dilakukan Megawati Soekarno Putri bukan yang lain. "Tetapi, di situlah kemudian di mana Jokowi sangat kelihatan juga punya kontribusi terkait siapa yang bisa mendampingi Ganjar misalnya," ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani menegaskan, Prabowo Subianto akan mendiskusikan siapa yang akan menjadi calon wakil presiden (cawapres) bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Alasannya, Prabowo mendukung keberlanjutan program dari pemerintahan Presiden Jokowi.

"Pak Prabowo akan melakukan diskusi dengan semua tokoh, lagi dengan seorang presiden. Penting karena ini adalah orang yang legacy-nya akan diteruskan," ujar Muzani di Kantor DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Jakarta, Senin (5/6/2023).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement