Jumat 16 Jun 2023 19:23 WIB

Kaesang Maju Pilkada Depok, Ini 3 Kekurangan dan Kelebihannya 

Pria berusia 28 tahun itu, bahkan sudah mengantongi restu dari keluarganya.

Rep: Mabruroh/ Red: Agus Yulianto
Baliho bergambar putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep di Jalan Margonda Raya, Kota Depok, Jawa Barat.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Baliho bergambar putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep di Jalan Margonda Raya, Kota Depok, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putra Bungsu Presiden RI Joko Widodo, Kaesang Pangarep menyatakan, siap maju di Pilkada Depok 2024. Pria berusia 28 tahun itu, bahkan sudah mengantongi restu dari keluarganya, terutama dari ayahnya.

Menanggapi pernyataan Kaesang, Pakar Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Deden Mauli Darajat turut mengapresiasi. Menurutnya, ada tiga kelebihan dan tiga kekurangan apabila Kaesang hendak maju menjadi wali kota Depok.

“Kaesang maju jadi cawalkot Depok yang pertama secara perspektif komunikasi politik, dia sudah terkenal ya, jadi popularitasnya dia sudah dapat, karena dia youtuber, dia aktif di media sosial Instagram, Tiktok,” kata Deden, Jumat (16/6/2023).

Kedua, dia anak muda yang punya pandangan kekinian. Ketiga, Kaesang adalah anak presiden sehingga preference power melekat dalam dirinya. Sama halnya seperti Agus Harimurti Yudhoyono anak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, atau Megawati anak Presiden Soekarno.

“Jadi (kelebihannya) tiga hal tadi, dia popular, dia anak muda dan dia preference power,” kata Deden.

Minusnya lanjut Deden, pertama pasti Kaesang akan dihajar tentang dinasti politik. Karena ayahnya sebagai Presiden, kakaknya Gibran Rakabuming menjadi Wali Kota Solo dan Bobby Nasution menjadi Wali Kota Medan.

“Sudah jadi Wali Kota Solo, sudah Wali Kota Medan, dan ini tambah lagi Depok. Nah ini pasti (dianggap) dinasti politik,” ujar Deden.

Meski dinasi politik dalam tradisi demokrasi sendiri sah-sah saja. Namun, dalam ranah dan etika, masyarakat akan beranggapan lain. “Masa iya sih?” kata Deden.

Kekurangan kedua, karena Kaesang masih terlalu dini untuk masuk dalam struktur politik apalagi menjadi kepala daerah. “Masih terlalu muda untuk masuk ke wilayah politik, secara pengalaman, dia belum terlalu matang untuk menjadi wali Kota Depok,” ungkapnya.

Kekurangan ketiga, karena Kaesang bukan asli warga Depok. Meskipun lgi-lagi, kekurangan ini dalam dunia politik, menurutnya, bisa cair.

“Kekurangan-kekurangan ini juga dalam politik tentu bisa cair, tapi yang perlu dipikirkan ulang lagi, bahwa depok itu basisnya PKS, apakah Kaesang mampu berhadapan dengan PKSD kota Depok,” tanya Deden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement