REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Taman Safari Indonesia membantu program pemerintah untuk melestarikan harimau sumatera, dengan menggunakan teknologi bank sperma dan inseminasi. Harimau hasil pelestarian itu kemudian dilepasliarkan di hutan-hutan Sumatera.
General Manager (GM) Taman Safari Bogor, Emeraldo Parengkuan, menjelaskan, bank sperma ini menggunakan teknologi canggih, yang membuat kesuburan sperma harimau jantan bisa bertahan selama 10 tahun.
“Penyimpanan sperma dengan didinginkan suhunya sehingga bisa terjaga kesuburannya selama 10 tahun, nanti dibuahkan pada rahim harimau sumatera betina dan sudah pernah berhasil. Itu hanya satu-satunya di dunia,” kata Emeraldo ketika ditemui Republika saat peringatan International Tiger’s Day, Sabtu (29/7/2023).
Lebih lanjut, Emeraldo menjelaskan, Taman Safari Indonesia Bogor juga sudah pernah melepasliarkan harimau-harimau hasil pelestarian di Taman Safari. Harimau-harimau tersebut dilepas liarkan di hutan Sumatera, dan dipantau menggunakan teknologi GPS.
“Ada delapan atau sembilan (ekor) yang sudah dilepas liarkan di Sumatera dan kita pantau karena kita berikan GPS, dan laporannya sukses sudah dari 5 tahun lalu, dan kita lihat perkembangannya,” jelas Emeraldo.
Dia mengatakan, program bank sperma ini sudah berjalan selama sekitar 10 tahun. Harimau yang ada di Taman Safari Indonesia ada dua jenis, yakni harimau benggala dari India dan harimau sumatera dari Indonesia.
Dari catatan Taman Safari Indonesia, total harimau yang dikonservasikan Taman Safari ada 47 ekor. Dengan rincian, 20 ekor harimau sumatera berupa 10 ekor jantan dan 10 ekor betina. Serta 27 ekor harimau benggala berupa 10 ekor jantan, 15 ekor berina, dan dua ekor bayi yang masih belum diketahui jenis kelaminnya.
“Sekarang harimau itu hanya ditemukan di Sumatra, dulu di Jawa dan Bali, tapi di Jawa dan Bali sudah punah, nah Taman Safari membantu program pemerintah untuk melestarikan harimau sumatera ini,” ucapnya.
Tak hanya harimau, Emeraldo menambahkan, teknologi bank sperma ini tidak hanya dilakukan pada harimau sumatera. Namun juga terhadap anoa dan banteng jawa yang populasinya sudah sangat menurun. “Jadi kita konsentrasikan pada satwa endemik Indonesia,” kata dia.