REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Ekspresi keprihatinan terhadap kondisi Kota Bandung meluap dalam diskusi Bandung Ngariung yang berlangsung di D’Botanica (BTC), Jalan Dr Djundjunan, Kota Bandung, Rabu (9/8/2023) malam. Bandung Ngariung merupakan ruang diskusi lintas profesi dan golongan terkait persoalan yang dihadapi Kota Bandung.
Dalam diskusi Bandung Ngariung episode ketujuh kali ini, Bandung Ngariung menghadirkan narasumber Budi Dalton (budayawan dan akademisi) dan Eka Santosa (Duta Sawala). Sementara tokoh yang hadir sebagai peserta diskusi, di antaranya Abah Landung (pelaku Sejarah KAA 1955), pengusaha factory outlet Perry Tristianto, anggota DPRD Kota Bandung Christian Julianto dan Erick Darmajaya, para seniman, dan sesepuh Bandung.
Diskusi yang berlangsung sekitar 2 jam 30 menit itu berlangsung hangat. Terlebih, dalam diskusi itu mencuat slogan kurang sedap terhadap kondisi Kota Bandung. Slogan tersebut seolah merepresentasikan sikap prihatin dari sebagian besar warga Kota Bandung terkait masalah sampah, banjir, kabel, dan intoleransi.
Slogan itu muncul di awal diskusi yang dipimpin oleh moderator Martin B Chandra. Tidak ada pihak yang dikambinghitamkan dalam diskusi tersebut. Luapan kekecewaan yang terungkap dalam diskusi itu, lebih ditujukan untuk dirumuskan secara bersama dan dicarikan solusinya.
Budayawan yang juga akademisi Budi Dalton mengatakan, untuk menyelesaikan persoalan Kota Bandung, besar kemungkinan harus melalui cara yang tidak biasa atau out of the box. ‘’Ibaratnya pasien yang tidak bisa lagi ditangani secara medis, maka cara pengobatan alternatif akan menjadi pilihannya,’’ ujar Budi dalam diskusi Bandung Ngariung, Rabu (9/8/2023).
Bandung Ngariung digelar setiap hari Rabu malam di D’Botanica (BTC), Jalan Dr Djundjunan, Kota Bandung. Moderator yang juga penyelenggara Bandung Ngariung, Martin B Chandra, menyebutkan, untuk diskusi Rabu depan (16/7/2023) direncanakan akan mengundang Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Budi Sartono.