Jumat 08 Sep 2023 20:48 WIB

Benarkah Teroris Banyak di BUMN? Ini Penjelasan Kepala BNPT

Pegawai BUMN ini memiliki tugas-tugas yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa pihak meyakini masih banyak teroris di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk Komisaris Utama PT Kereta Api Indonesia (Komut KAI), Prof KH Said Aqil Siroj. Menurut Kiai Said, masih banyak pegawai perusahaan pelat merah yang masuk jaringan terorisme. 

Benarkah banyak teroris di BUMN? Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Komjen Pol Prof Rycko Amelza Dahniel tidak sepakat jika di lingkungan BUMN terdapat banyak teroris. 

"Ya bukan masih banyak, mungkin masih ada jaringannya (teroris), oleh karena itu tugas daripada BNPT saat ini adalah melanjutkan peningkatan assessment," ujar Rycko saat diwawancara usai menghadiri “Konsolidasi Kebangsaan" yang digelar LPOI-LPOK di Hotel Royal Kuningan Jakarta, Jumat (8/9/2023). 

Rycko mengatakan, pegawai BUMN ini memiliki tugas-tugas yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan, mengakibatkan korban yang besar, serta dapat menganggu perekonomian nasional. Karena itu, menurut dia, assessment perlu dilakukan.

"Tugas-tugas yang memiliki risiko tinggi tadi itu perlu melakukan assessment. Selama ini, assessment yang dilakukan BNPT hanya untuk eselon-eselon satu dan dua calon-calon deputi, calon driver, belum menyentuh sampai ke bawah," ucap dia. 

Assessment dari BNPT itu nantinya akan melihat dari beberapa kategori. Di antaranya, kategori toleran, kategori intoleran yang pasif, dan intoleran aktif. Setelah ketegorimya diketahui, barulah BNPT akan melihat apakah mereka terafiliasi dalam satu jaringan terorisme atau tidak. 

Namun, menurut dia, jumlah petugas yang akan melakukan assessment tersebut masih terbatas di BNPT. "Jumlah petugas assessment di BNPT terbatas, hanya 15 orang untuk melakukan assessment terhadap 961 objek vital dengan sekian ribu petugas petugas yang memiliki resiko tinggi tadi," katanya.

Dia menambahkan, pihaknya juga masih terus memperbaharui data pegawai BUMN yang terpapar terorisme bersama Densus 88 Polri. Namun, dia tidak mengungkapkan jumlah pegawai  BUMN yang terpapar radikalisme atau terorisme tersebut. 

"Saya nggak bisa jelaskan, yang jelas jaringannya ada," jelas Rycko. 

Sebelumnya, Komisaris Utama PT Kereta Api Indonesia (Komut KAI), Prof KH Said Aqil Siroj menyatakan, bahwa dirinya yakin masih banyak pegawai BUMN yang masuk jaringan terorisme. 

"Saya yakin masih ada di beberapa BUMN. Masih ada, masih banyak lah (teroris di BUMN). Jangan selalu beralasan kecolongan terus Pak Rycko (Kepala BNPT). Masa kecolongan terus. Kecolongan lagi, kecolongan lagi, masa kecolongan terus terusan," kata mantan Ketum PBNU ini di acara yang sama. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement