Selasa 19 Sep 2023 17:45 WIB

5.000 Ribu Rantis Maung Pesanan Kemenhan Bisa Selesai Dua Tahun

Ada beberapa komponen yang masih bergantung dari luar negeri.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Kendaraan Taktis Ringan Maung 4X4 yang awalnya diproduksi khusus untuk militer.
Foto: istimewa
Kendaraan Taktis Ringan Maung 4X4 yang awalnya diproduksi khusus untuk militer.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Pindad menargetkan 5.000 unit Kendaraan taktis (rantis) Maung pesanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) akan rampung dalam waktu dua tahun ke depan.

Menurut Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose, pesanan 5.000 unit Rantis Maung ini telah disepakati beberapa waktu lalu. Permintaan dari rantis Maung sendiri, tergolong banyak. Namun, produksi akan difokuskan sementara untuk pesanan Kemenhan. 

"Sudah banyak permintaan, tapi saat ini kita coba memenuhi dulu kontrak dari Kementerian Pertahanan. 5.000 unit itu targetnya dua tahun. Ini kita akan tampil 5 Oktober kurang lebih 50 unit, setelah itu kita mulai memproduksi," ujar Abraham, Selasa (19/9/2023). 

Perkiraan produksi Rantis Maung sendiri, kata Abraham, dalam satu tahun bisa mencapai 1.500 unit. Adapun kontrak dari Kemenhan diperkirakan akan mencapai 10.000 unit. Namun untuk tahap pertama baru 5.000 unit. 

"Saat ini kita sudah dapat kontrak tahap pertama 5.000 unit, nanti akan sampai 10.000. Dan ini untuk para pati, kemudian para pamen, dan prajurit," katanya. 

Rantis Maung, kata dia, saat ini masih belum bisa dijual pada pihak swasta. Hal itu dikarenakan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dulu. Soal harga satu unit sendiri, Abraham belum mau mengatakan.

"Untuk harganya kompetitif lah, saya belum bisa bicarakan karena ini terkait kontrak kami dengan Kementerian Pertahanan. Kami belum jual ke swasta, tapi next kita akan masuk ke swasta," katanya. 

Rantis Maung sendiri murni buatan PT Pindad. Namun, kata dia, ada beberapa komponen yang masih bergantung dari luar negeri. Salah satunya yaitu engine yang masih menggunakan perusahaan Korea. Dia mendorong agar pemerintah turut memperhatikan hal ini.

"Kita harus membangun industri hulu, kita harus membangun pabrik engine di kita. Karena sekarang ketergantungan kita mulai kendaraan tempur, ekskavator, kita masih membeli engine dari luar negeri," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement