Ahad 24 Sep 2023 07:30 WIB

Harga Melonjak, Pabrik Penggilingan di Majalengka Datangkan Gabah dari Luar Daerah

Harga gabah di Majalengka naik dari Rp 610 ribu menjadi Rp 850 ribu per kuintal.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolandha
Petani menjemur gabah (ilustrasi). Pabrik penggilingan beras di Kabupaten Majalengka memilih untuk mendatangkan gabah dari luar daerah.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Petani menjemur gabah (ilustrasi). Pabrik penggilingan beras di Kabupaten Majalengka memilih untuk mendatangkan gabah dari luar daerah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Pabrik penggilingan beras di Kabupaten Majalengka memilih untuk mendatangkan gabah dari luar daerah. Hal itu menyusul tingginya harga gabah di wilayah Kabupaten Majalengka.

Hal itu seperti yang dilakukan pemilik pabrik penggilingan beras (PB) Sri Rahayu. Pabrik yang terletak di Kelurahan Cijati, Kecamatan/Kabupaten Majalengka itu mendatangkan gabah dari Ciamis, Banjar, Pangandaran, hingga Cilacap.

Baca Juga

Pemilik PB Sri Rahayu, Dede Koswara (48), menyebutkan, harga gabah di Kabupaten Majalengka saat ini di kisaran Rp 850 ribu per kuintal. Harga itu mengalami kenaikan signifikan dibandingkan sebelumnya yang ada di kisaran Rp 610 ribu per kuintal.

Sedangkan saat ini, gabah dari Ciamis, Banjar, Pangandaran, dan Cilacap, harganya masih berkisar antara Rp 800 ribu - Rp 810 ribu per kuintal. "Ada selisih," kata Dede, Sabtu (23/9/2023).

Dede menjelaskan, pabriknya saat ini menjual beras kualitas medium ke pasaran seharga Rp 12.600 per kilogram. Sedangkan beras kualitas premium, dijual seharga Rp 12.800 per kilogram.

"Kalau harga gabahnya diatas Rp 810 ribu (per kuintal), maka harga jual beras di kisaran Rp 13 ribu per kilogram, bahkan bisa lebih," kata Dede.

Semakin tinggi harga jual beras di pabrik penggilingan, maka semakin mahal harga beras yang dijual kepada konsumen di pasaran.

Dede mengungkapkan, tingginya harga beras di pasaran memang seiring dengan mahalnya harga gabah. Dia menyebutkan, kenaikan harga gabah tersebut berlangsung sejak awal Agustus 2023, dan dikhawatirkan terus bertahan hingga akhir tahun.

"Dari pengalaman tahun sebelumnya, Desember - Januari itu masa paceklik," ujar Dede.

Dede menambahkan, mahalnya harga gabah juga membuat biaya operasonal di pabrik penggilingan beras jadi berat. Karena itu, dia terpaksa menurunkan kapasitas produksinya sejak Agustus 2023.

Dede menyebutkan, kapasitas produksi di PB Sri Rahayu yang mencapai 40 ton - 50 ton per hari. Namun sejak harga gabah dan beras melambung, dia terpaksa menurun produksinya menjadi 20 ton - 30 ton per harinya.

"Kalau dipaksakan sampai kapasitas produksi maksimal, dikhawatirkan enggak nutup (biaya produksinya)," kata Dede.

Untuk itu, Dede sengaja membatasi pengiriman beras ke sejumlah pelanggannya dari luar kota. Yakni, dua hingga tiga truk per hari. Padahal sebelumnya, dia bisa mengirimkan beras sebanyak empat hingga lima truk perhari.

Setiap truk, berisi sepuluh ton beras. Beras itu biasanya dikirimkan ke sejumlah daerah seperti Bandung, Bogor dan Sukabumi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement