Sabtu 04 Nov 2023 16:57 WIB

Mantan Napiter Cirebon Ajak Masyarakat Dukung Palestina Secara Damai

Menyalurkan rasa solidaritas terhadap rakyat Palestina bisa melalui cara damai.

Massa dari ormas islam dan ormas kepemudaan yang tergabung dalam Komite Solidaritas Palestina (Kita Palestina) menggelar aksi damai bela Palestina.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa dari ormas islam dan ormas kepemudaan yang tergabung dalam Komite Solidaritas Palestina (Kita Palestina) menggelar aksi damai bela Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sejumlah mantan narapidana teroris (napiter) di Kabupaten Cirebon   mengajak masyarakat lebih bijak menyikapi konflik Israel-Palestina. Caranya, dengan tidak melakukan tindakan yang dapat memperkeruh suasana. 

"Pemerintah Indonesia mendukung (perjuangan) Palestina. Jadi kita jangan gegabah, kita cukup berdoa, galang dana atau lakukan apa yang kita bisa," kata salah satu mantan napiter Dodi Suridi (29) di Cirebon.

Dodi menilai, untuk menyalurkan rasa solidaritas terhadap rakyat Palestina bisa dilakukan melalui cara damai dan sederhana dengan mendoakan keselamatan mereka.

Jangan sampai, kata dia, dukungan itu disalurkan dengan cara negatif, seperti melakukan aksi provokasi yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. 

"Palestina sendiri mengeluarkan permohonan, salah satunya doa. Ini yang paling penting. Jangan sampai tinggalkan. Itu bisa kita lakukan," ujarnya. 

Dodi sependapat dengan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo yang sudah menerapkan langkah guna mengantisipasi adanya efek global seperti perang Israel-Palestina.

Ia merasa, bahwa langkah itu sudah tepat karena bisa mencegah adanya tindakan kejahatan tertentu. "Maka atas dasar itulah, ketika Kapolri mengatakan konflik yang ada di Israel dan Palestina bisa memicu sel-sel tidur teroris itu memang benar dan di sini polisi harus waspada," tuturnya.

Eks pelaku teror kasus bom Thamrin Jakarta itu menyampaikan bahwa konflik yang saat ini terjadi sangat rentan dimanfaatkan kelompok tertentu untuk melakukan provokasi atau tindakan yang dapat mengganggu keamanan.

"Ada beberapa kawan kami ketika mendengar isu tadi mengekspresikan dengan cara-cara yang salah. Bikin rencana untuk berangkat. Ketika berangkat pasti mentok karena tidak bisa. Saat itulah timbul permasalahan. Kalau pemikiran saya dulu daripada jihad di sana dihalang-halangi, kita buat aksi di sini," jelasnya.

Berkaca pada pengalaman buruknya, Dodi mengingatkan, agar semua pihak tetap menjaga suasana kondusif dan menyalurkan dukungan terhadap Palestina secara damai.

"Memang ini kalau bukan orang yang pernah berpikiran atau pernah menjadi teroris ini tidak akan faham. Bagi kami itu benar. Kita jangan membuat kerusuhan atau memperkeruh suasana dengan melakukan aksi provokasi. Kita lakukan yang bisa dilakukan," tuturnya.

Hal senada disampaikan mantan napiter di Cirebon Yusuf Firdaus (53). Eks anggota jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) itu mengatakan dukungan untuk rakyat Palestina harus dilakukan secara damai tanpa memuat unsur provokasi. 

"Jangan sampai dukungan yang kita ungkapkan justru dapat memecah belah umat dengan cara mengekspresikan secara berlebihan," katanya. 

Dia menambahkan, bahwa langkah kepolisian untuk mengantisipasi meningkatnya eskalasi tantangan global itu sudah tepat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement