Jumat 23 Feb 2024 10:58 WIB

Kurangi Sampah Plastik, Siswa SMA di Bandung Berinovasi Buat Sisik Ikan Jadi Bioplastik

Bioplastik dibuat dari sisik ikan nilai hitam yang jadi limbah di sektor perikanan

Murid SMA Mutiara Bunda bernama M Hammam Kautsar berhasil membuat bioplastik dari limbah sisik ikan nila
Foto: Dok Republika
Murid SMA Mutiara Bunda bernama M Hammam Kautsar berhasil membuat bioplastik dari limbah sisik ikan nila

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Penggunaan plastik, hingga saat ini masih menjadi keperihatinan. Karena, sulit diuraikan hingga kerap menjadi penyebab pencemaran sungai hingga laut. Rupanya, rasa prihatin ini membuat salah seorang siswa SMA Mutiara Bunda berinovasi.

Murid SMA Mutiara Bunda tersebut bernama M Hammam Kautsar. Ia berhasil, melakukan penelitian tentang plastik yang ramah lingkungan atau biodegradable (bioplastik) berbahan dasar limbah sisik ikan nila.

Baca Juga

Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan layaknya plastik pada umumnya. Namun bisa lebih cepat hancur atau terurai secara alami dan aman untuk lingkungan serta dapat dipastikan memiliki potensi pengurangan dampak negatif limbah.

"Penelitian membuat bioplastik ini karena keresahan saya melihat banyaknya sampah, terutama limbah plastik. Saya baca-baca jurnal, ternyata dalam setahun Indonesia bisa sampai 10 juta ton sampah plastik, tapi yang bisa didaur ulang hanya 10 persen saja, sisanya sudah pasti mencemari lingkungan," ujar Hammam saat kepada wartawan usai sidang Research Project di SMA Mutiara Bunda, Kota Bandung, Kamis (22/2/2024).

Hammam mengatakan, untuk melanjutkan penelitian bioplastik tersebut dirinya rutin membaca dan mencari tahu bahan apa yang bisa dan cocok untuk dijadikan plastik ramah lingkungan. Ia pun, menemukan limbah sisik ikan nila hitam yang ia peroleh dari salah satu toko ikan.

"Ide awalnya saya berpikir ingin membuat plastik yang bisa bisa terurai. Setelah dicari ternyata ada plastik yang berasal dari sisik udang. Ada juga inovasi plastik dari singkong. Setelah dicari lagi ternyata ada yang unik yaitu plastik berbahan dasar sisik ikan yang jadi limbah di sektor perikanan," papar Hammam yang saat ini duduk di kelas 11 ini.

Hammam menjelaskan, limbah sisik ikan nila hitam digunakannya dalam penelitian bioplastik karena mengandung kadar kolagen yang cukup baik. Serta, mengandung organik berbahan dasar protein. Lalu, ia pun berpikir bagaimana caranya untuk mengekstraksi kolagen menjadi gelatin dengan cara deproteinasi atau penguraian menggunakan asam asetat atau komponen utama cuka.

"Kolagen ini ternyata bisa diuraikan menjadi gelatin yang sifatnya lebih lentur dan tidak terlalu kaku seperti kolagen. Setelah melakukan serangkaian penelitian itu dihasilkan cairan yang kemudian dicetak jadi sebuah bahan geoplastik," katanya.

Menurutnya, bioplastik karyanya itu masih dalam tahap pengembangan dan harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Namun, ia berharap kedepannya plastik ramah lingkungan tersebut bisa lebih sempurna dan diproduksi secara massal sebagai pengganti penggunaan kantong plastik.

"Perlu riset lanjutan agar bioplastik ini sempurna hingga bisa digunakan oleh masyarakat luas. Kalau sekarang masih dasar, teksturnya masih kasar dan belum tahan air," katanya.

Sidang Research Project ini menjadi salah satu kegiatan dalam rangkaian February Festival 2024 (FebFest 2024) yang diselenggarakan semua jenjang di Sekolah Mutiara Bunda. FebFest 2024 Sekolah Mutiara Bunda ini menjadi ajang pembelajaran yang membangun kolaborasi pembelajaran berbasis komunitas dan kemasyarakatan.

Menurut Head of Academic Sekolah Mutiara Bunda, Lala Tansah, Sidang Research Project ini merupakan program unggulan di jenjang SMA Mutira Bunda dan rutin dilakukan setiap tahun dengan tema berbeda. Untuk research program yang dilaksanakan kelas 11 mereka harus mengidentifikasi permasalahan yang ada disekitar lingkungan sesuai minat dan potensi mereka sendiri. 

"Contohnya, kebetulan Hammam minatnya di bidang sains, terutama lingkungan, jadi ia menciptakan bioplastik dari sisik ikan nila," katanya.

Sementara menurut Principal SMA Mutiara Bunda, Wida Rahmawati, SPd MIL, research project bisa dibilang kompleks karena dalam satu program bisa mencakup berbagai aspek keilmuan. Ia berharap program research project ini bisa memberi bekal bagi siswa utamanya setelah lulus sekolah dan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

"Mudah-mudahan ini jadi bekal mereka, karena proses berfikir kritis dan logis serta problem solving akan terus dibutuhkan anak kedepanya. Dimanapun mereka bekerja dan berperan nantinya, sudah pasti membutuhkan bekal ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement