Sabtu 06 Apr 2024 11:51 WIB

Tanggapi Jamaah Masjid Aolia yang Viral, PBNU : Tidak Boleh Mempermainkan Agama Islam

Agama itu tuntunan dan ajaran yang berlaku untuk masyarakat umum.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Arie Lukihardianti
Umat muslim jamaah Masjid Aolia melaksanakan ibadah Shalat Idul Fitri di Giriharjo, Panggang, Gunung Kidul, D.I Yogyakarta, Jumat (5/4/2024). Jamaah Masjid Aolia menetapkan jatuhnya 1 Syawal 1445 H pada Jumat (5/4/2024) didasari petunjuk dari pimpinan jamaah Masjid Aolia, KH Raden Ibnu Hajar Sholeh atau yang biasa dikenal dengan nama Mbah Benu.
Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Umat muslim jamaah Masjid Aolia melaksanakan ibadah Shalat Idul Fitri di Giriharjo, Panggang, Gunung Kidul, D.I Yogyakarta, Jumat (5/4/2024). Jamaah Masjid Aolia menetapkan jatuhnya 1 Syawal 1445 H pada Jumat (5/4/2024) didasari petunjuk dari pimpinan jamaah Masjid Aolia, KH Raden Ibnu Hajar Sholeh atau yang biasa dikenal dengan nama Mbah Benu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA----Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Fahrur Rozi berharap semua umat Islam khususnya tokoh agama harus beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar. Serta, menggunakan ilmu dan akal sehatnya. Ajakan Gus Fahrur itu menanggapi Jamaah Masjid Aolia, Gunung Kidul, Yogyakarta yang sudah melaksanakan hari raya Idul Fitri 2024.

Ribuan jamaah Masjid Aolia yang tersebar di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta merayakan Idul Fitri 1445 Hijriah lebih awal pada Jumat (5/4/2024). Mereka mendatangi masjid-masjid Aolia di sejumlah titik untuk melaksanakan ibadah shalat Idul Fitri. 

Baca Juga

"Tidak boleh mempermainkan ajaran agama Islam dan berdalih telah berbicara langsung dengan Gusti Allah SWT," ujar Gus Fahrur dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (6/4/2024).

Pengasuh Pondok Pesantren ANNUR I Bululawang, Malang, Jawa Timur ini mengatakan, agama itu tuntunan dan ajaran yang berlaku untuk masyarakat umum. Maka tidak bisa seseorang  secara asal-asalan ngaku sudah komunikasi langsung dengan Gusti Allah. Pengakuan semacam itu tidak sah dan tidak boleh dijadikan dasar tuntunan agama.

Menurut Gus Fahrur, dasarnya ibadah dalam Islam harus sesuai tuntunan syari’at yang dipahami dengan  ilmu-ilmu standar ajaran agama Islam  yang sudah jelas dalil-dalilnya dan garis-garisnya. Jadi, semua harus ilmiah, rasional dan dapat diuji keabsahannya oleh masyarakat umum.

"Kepada saudara kita Masyarakat Muslim Panggang, Gunung Kidul, dihimbau untuk mengambil tuntunan agama Islam dari para ulama yang benar dan dapat menjelaskan dan dapat mempertanggung jawabkan ajarannya sesuai metode nalar syari’at  Islam yang sah dan  telah diterima oleh masyarakat dunia Islam secara luas," kata Gus Fahrur.

Menurut Gus Fahrur, tidak semestinya masyarakat gampang percaya pada siapa pun yang mengaku punya hubungan khusus dengan Allah SWR tapi bertindak tanpa ilmu yang berkesesuaian dengan ketentuan-ketentuan syari’at Islam. Sebab Islam adalah agama yang dijalankan berdasarkan ilmu syari’at. 

Gus Fahrur meminta masyarakat jangan terkecoh oleh keanehan atau kesaktian individu. Orang yang dapat menghadirkan hal-hal ajaib sekalipun itu tidak berarti dia memiliki keistimewaan dihadapan Allah SWT. Karena tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya. "Hendaknya diwaspadai bahwa bangsa Jin dan setan juga bisa datang kepada siapa pun dan  mengaku-ngaku sebagai Gusti Allah atau malaikat untuk mengajak manusia kepada kesesatan," kata Gus Fahrur.

Ia mengatakan benar dan salah seseorang dalam ajaran agama Islam hanya boleh diukur dengan ketentuan-ketentuan syari’at sesuai tuntunan Al-Qur'an, hadis, qiyas dan ijma' para ulama. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement