Senin 29 Jul 2024 15:33 WIB

Peneliti Empat Perguruan Tinggi dari Tiga Negara Gelar Diskusi Bahas Material Hijau

Peneliti ITB, menyoroti manfaat penggunaan material daur ulang seperti abu terbang

FGD yang mengangkat tema Intelligent up Green Material for Better Resilience (IGNITE)
Foto: Dok Republika
FGD yang mengangkat tema Intelligent up Green Material for Better Resilience (IGNITE)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Intelligent up Green Material for Better Resilience (IGNITE)" di Gedung Riset Center, ITS Surabaya, belum lama ini. IGNITE merupakan bagian dari RIDA Project yang disponsori oleh Foreign, Commonwealth Development Office (FCDO) dan dilaksanakan oleh University of Warwick UK, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Indonesia, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, dan Institut Teknologi Bandung Indonesia.

Acara ini merupakan bagian dari inisiatif keempat institusi pendidikan tersebut dalam mengembangkan material hijau yang cerdas untuk meningkatkan ketahanan lingkungan dan infrastruktur.

Baca Juga

Acara FGD dibuka dengan sambutan dari Prof Ir IDAA Warmadewanthi ST MT PhD Ketua Pusat Penelitian Infrastruktur dan Lingkungan Berkelanjutan, serta sambutan dari Dr Irwanda Laory, Ketua Tim Peneliti IGNITE.

Pada FGD tersebut, Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Raden Aswin Rahadi, mempresentasikan hasil penelitiannya mengenai dampak sosial-ekonomi penggunaan abu terbang dan limbah pertanian dalam sektor konstruksi. Penelitian ini, menyoroti manfaat penggunaan material daur ulang seperti abu terbang dan limbah pertanian dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan biaya material. Serta, menciptakan peluang ekonomi di daerah pedesaan melalui pasar baru untuk produk sampingan pertanian dan penciptaan lapangan kerja di sektor daur ulang dan konstruksi.

"Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong adopsi praktik konstruksi," ujar Aswin, dalam keterangannya, Senin (29/7/2024).

Selain itu, kata dia, dukungan dari sisi legal dan regulasi dari pemerintah sangat penting untuk mendukung percepatan inovasi material hijau yang berkelanjutan dan cerdas yang menunjang prinsip ekonomi sirkular. Kebijakan yang mendukung penggunaan material ramah lingkungan serta insentif bagi industri konstruksi untuk mengadopsi teknologi ini akan sangat membantu dalam mempercepat implementasi dan penerapan material hijau dalam pembangunan infrastruktur.

"Dengan adanya dukungan yang kuat dari pemerintah, inovasi-inovasi ini dapat lebih cepat diadopsi, yang pada gilirannya akan meningkatkan ketahanan lingkungan dan infrastruktur di Indonesia," katanya.

Selanjutnya, Dosen ITS Dr Eng Januarti Jaya Ekaputri memulai sesi paparan dengan mempresentasikan hasil penelitiannya tentang penggunaan limbah industri untuk beton ultra-low carbon. Dalam presentasinya, Dr Januarti menjelaskan bagaimana penggunaan abu terbang dan limbah lainnya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan, serta mengembangkan beton yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Abu terbang, kata dia, bahkan bisa dimanfaatkan untuk menjerap gas CO2, menurunkan panas hidrasi beton, meningkatkan ketahanan beton di lingkungan agresif dan menyembuhkan retak pada beton. Abu terbang juga merupakan media yang bisa menjadi tempat penyimpanan bakteri aerob yang kemudian akan menyembuhkan retak beton dari sisi dalam celah retak. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement