Kamis 09 Jan 2025 10:55 WIB

Pernah Diusir ‘Orang Pintar’, Kera Liar Kembali Ganggu Warga

Kera ekor panjang yang datang bisa mencapai sekitar 100 ekor

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Tangkapan layar kera ekor panjang liar yang dilaporkan berkeliaran memasuki permukiman warga di Desa Kalapagunung, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan (Ilustrasi).
Foto: Dok Damkar Kuningan
Tangkapan layar kera ekor panjang liar yang dilaporkan berkeliaran memasuki permukiman warga di Desa Kalapagunung, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN--Gerombolan kera ekor panjang liar kembali meneror para siswa dan guru di SDN 3 Purwasari, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengusir hewan primata itu, bahkan hingga mendatangkan ‘orang pintar’.

Guru PJOK sekaligus penjaga sekolah di SDN 3 Purwasari, Andi Nurhadi menjelaskan, teror kera ekor panjang liar mulai terjadi sejak 2016 hingga sekarang. Tak hanya kera ekor panjang, adapula kelompok monyet dan lutung, meski yang paling sering datang adalah kera ekor panjang.

Baca Juga

Namun, kata Andi, gerombolan hewan liar itu dulu hanya berjumlah kurang dari sepuluh ekor setiap kali datang. Sedangkan pada Rabu (8/1/2025) kemarin, kera ekor panjang yang datang mencapai sekitar 100 ekor. “Dulu mah yang datang paling dua atau tiga ekor,” ujar Andi, Kamis (9/1/2025).

Kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah itu pun sempat terganggu kemarin. Para siswa dan guru berhamburan keluar kelas karena takut melihat banyaknya kera ekor panjang liar yang datang bahkan hingga memasuki ruang kelas melalui atap.

Gerombolan kera ekor panjang tersebut awalnya melompat dari pepohonan yang ada di belakang bangunan sekolah dan langsung naik ke atap sekolah. Mereka  kemudian merusak genting dan menerobos masuk. Tak hanya memasuki ruang kelas, gerombolan kera ekor panjang juga menjarah jajanan yang dijual di kantin sekolah.

Para guru yang dibantu sejumlah warga sudah berusaha mengusir gerombolan hewan berbulu tersebut. Namun, gerombolan kera itu malah menjadi ganas dan berusaha menyerang. Karenanya, guru dan warga hanya bisa menyaksikan kawanan kera itu hingga mereka akhirnya kembali lagi ke hutan.

 “Ibu kantin pernah diserang, istri saya juga pernah, anak-anak juga pernah. Pokoknya berbahaya lah. Makanya pas kera mulai ngintip-ngintip (ingin masuk kelas), anak-anak langsung keluar, takut," Andi.

Ketika ditanyakan mengenai penyebab kedatangan hewan primata itu, Andi memperkirakan karena habitat mereka yang terganggu. "Mungkin ya ini, mungkin habitatnya terganggu,’’ katanya.

Andi mengatakan, pihak sekolah sudah berupaya mencegah kedatangan hewan primata. Bahkan, pihak sekolah pernah mendatangkan ‘orang pintar’ dari suku Baduy. Namun, ketenangan murid dan guru ternyata tidak berlangsung lama. “Seminggu gak ganggu, eh kemudian datang lagi," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement