Senin 20 Jan 2025 19:32 WIB

Indramayu Kembangkan Irigasi Padi Hemat Air, Cegah Kekeringan di Wilayah Hilir

Dengan menerapkan IPHA, maka para petani akan menghemat air.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Petani di Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu menerapkan sistem Irigasi Padi Hemat Air (IPHA).
Foto: Dok Republika
Petani di Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu menerapkan sistem Irigasi Padi Hemat Air (IPHA).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Sistem Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) terus dikembangkan di berbagai wilayah di Kabupaten Indramayu. Hal itu untuk mengantisipasi kekeringan di wilayah hilir irigasi.

Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu, Sugeng Heriyanto menjelaskan, dengan menerapkan IPHA, maka para petani akan menghemat air. Di sisi lain, produksinya akan meningkat.

Baca Juga

“Dengan penerapan IPHA, diharapkan petani lebih efektif dalam menggunakan air. Padi itu bukan tumbuhan air, tetapi padi butuh air. Dengan IPHA, air di sawah tidak harus banyak, namun cukup basah atau cemek-cemek,” ujar Sugeng, Senin (20/1/2025).

Lahan pertanian di Desa Sukamulya, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu pun dijadikan demplot atau lahan percontohan penerapan sistem IPHA. Untuk penerapan sistem itu, Pemkab Indramayu bekerja sama dengan BBWS Cimanuk Cisanggarung dan Rentang Irrigation Modernization Project (RIMS).

Sugeng menerangkan, wilayah Kecamatan Tukdana merupakan daerah pertanian dengan kategori I dalam sistem irigasi. Menurutnya, kategori I merupakan daerah paling ujung (hulu) dengan suplai air paling terjamin karena posisinya paling depan.

Namun, meskipun air berlimpah, para petani di daerah kategori I dalam sistem irigasi tidak boleh menggunakan air secara jor-joran (berlebihan). Pasalnya, mereka harus tetap memperhatikan kebutuhan air daerah hilir (paling belakang) dalam layanan irigasi. “Ini upaya untuk meningkatkan kualitas pertanian di Kabupaten Indramayu sebagai lumbung pangan nasional. Kita ingin semua petani sejahtera dan persoalan yang masih ditemukan, kita coba minimalisir,” kata Sugeng.

Sementara itu, Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung (Cimancis) melalui PPK Perencanaan, Maria Christina Kurniawati, mengatakan, di wilayah kerja BBWS Cimancis, pengembangan IPHA telah dilakukan di dua kabupaten. Yakni, Indramayu dan Cirebon.

Ia menyebutkan, di dua kabupaten tersebut, saat ini sudah berdiri 13 demplot percontohan IPHA untuk terus dikembangkan dan diperluas. Namun, demplot terbanyak saat ini berada di Kabupaten Indramayu. “BBWS melalui program RIMS ingin meningkatkan kualitas pertanian di Indramayu. Salah satunya dengan menerapkan IPHA sebagai upaya menghemat air, namun produksinya meningkat,” kata Maria.

Sementara itu, Camat Tukdana, Mohammad Hidayat mengatakan, dalam menghadapi sistem IPHA, para petani di wilayahnya harus dilatih pembuatan bibit dan penggunaan transplanter. Pasalnya, bibit yang digunakan untuk tanam berusia antara 12-15 hari.

“Kalau di wilayah Kecamatan Tukdana, metode IPHA ini dikenal dengan ‘gursat’ atau guyur asat. Setelah sawah diguyur air, selanjutnya dikurangi airnya dan dibiarkan cemek-cemek (cukup basah, tidak berlebihan airnya),” kata Hidayat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement