REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kisah pilu MM (17), yang mengalami depresi setelah putus sekolah karena ketiadaan biaya, menyita perhatian publik. Apalagi, gadis itu sampai nekad menenggak larutan pembersih lantai. Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi pun merespon cepat dengan memberikan bantuan kepada MM. Termasuk membantu pendaftaran MM untuk melanjutkan sekolahnya di jenjang SMA.
Perhatian juga diberikan oleh Bupati Cirebon, Imron. Ia datang menjenguk MM yang sedang menjalani perawatan medis dan pemulihan psikologis di rumah sakit, Selasa (10/6/2025).
Di hadapan keluarga dan pihak rumah sakit, Imron menyampaikan keprihatinannya serta menjanjikan dukungan penuh agar MM bisa melanjutkan hidup dan pendidikannya. "Saya menjenguk (MM), anak kita yang mengalami depresi karena putus sekolah. Alhamdulillah, nyawanya masih tertolong dan saat ini sedang dalam proses pengobatan," ujar Imron.
Dalam kunjungannya, Imron juga sempat berdialog langsung dengan orang tua MM. Ia menyampaikan bahwa Pemkab Cirebon siap membantu MM kembali bersekolah, baik di sekolah asalnya maupun di sekolah lain yang bersedia menerima. "Saya tadi sudah berbicara dengan orang tuanya dan pihak-pihak terkait, termasuk perwakilan dari Dinas Pendidikan Provinsi serta dari SMAN 1 Kota Cirebon. Mereka juga menawarkan agar MM bisa sekolah di sana. Jadi nanti terserah MM, mau tetap di SMA Tengahtani atau pindah ke SMAN 1 Cirebon, kami siap fasilitasi," katanya.
Lebih dari sekadar biaya pendidikan, Imron menegaskan bahwa pemerintah juga akan menanggung kebutuhan hidup MM. Dengan demikian, remaja tersebut bisa fokus menjalani proses pemulihan dan melanjutkan pendidikan tanpa beban.
"Kami dari Pemerintah Kabupaten Cirebon siap membiayai. Bukan hanya sekolahnya, tapi juga kebutuhan hidupnya. Ini bentuk kepedulian dan tanggung jawab kami," katanya.
Kisah MM menjadi cermin nyata bahwa permasalahan putus sekolah masih menjadi tantangan besar, terutama ketika disertai dengan tekanan sosial dan ekonomi. Imron berharap, kejadian itu menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih peka dan cepat tanggap terhadap kasus serupa.
“Kami berharap masyarakat, sekolah, dan lingkungan sekitar lebih perhatian, karena satu anak yang putus sekolah bisa berdampak panjang bagi masa depannya,” katanya.