Jumat 26 Sep 2025 20:04 WIB

Tentang Anak dan Farmasi ITB Kolaborasi Atasi Stunting Susun Formula

Produk suplemen dari minyak lele bisa meningkatkan kecerdasan otak anak.

Penandatanganan Kerja Sama antara Tentang Anak dan Sekolah Farmasi ITB untuk mengatasi stunting, Jumat (26/9/2025).
Foto: Dok Republika
Penandatanganan Kerja Sama antara Tentang Anak dan Sekolah Farmasi ITB untuk mengatasi stunting, Jumat (26/9/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, ​BANDUNG--Program masif seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menelan anggaran hingga Rp 400 triliun belum menjawab kebutuhan spesifik anak yang sudah telanjur mengalami stunting. Karena, menurut Anggota Satgas Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sekaligus CEO Tentang Anak, dr Mesty Ariotedjo, anak yang telah didiagnosis stunting atau gagal tumbuh memerlukan intervensi medis melalui formula nutrisi khusus. Namun, ironisnya, formula tersebut hingga kini belum ditanggung oleh pemerintah.

​“Dalam penanganan stunting, dibutuhkan formula khusus untuk mengatasi kondisi gagal tumbuh. Kenyataannya, sampai saat ini formula itu belum ditanggung pemerintah. Akhirnya, orang tua harus mengeluarkan biaya sendiri, atau kami para dokter berusaha mencari donasi agar anak-anak ini bisa ditangani,” ujar Mesty usai acara Penandatanganan Kerja Sama antara Tentang Anak dan Sekolah Farmasi ITB untuk mengatasi stunting, Jumat (26/9/2025).

Baca Juga

​Oleh karena itu, Mesty mengusulkan dua pendekatan fundamental yang harus menjadi prioritas. Pertama, penguatan ketahanan pangan di tingkat keluarga. Kedua, dukungan pemerintah untuk menyediakan formula khusus bagi anak yang sudah stunting.

​“Menurut saya, yang paling penting adalah ketahanan pangan. Mengapa tidak di setiap desa diadakan kebun gizi lestari dan peternakan yang hasilnya didistribusikan secara merata? Ini jauh lebih berkelanjutan daripada sekadar memberi makan sekali lalu selesai,” katanya.

​Prinsip ini, kata dia, telah diimplementasikan melalui kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam program pengabdian masyarakat berupa peternakan lele di desa-desa. Tujuannya, untuk memastikan setiap keluarga memiliki akses berkelanjutan terhadap sumber protein hewani.

​“Prinsip kami adalah bagaimana sebuah keluarga bisa merasa aman dan tenang karena memiliki sumber protein hewani yang tersedia untuk anak setiap hari. Inilah sebabnya program peternakan lele dan ayam petelur kami rasa lebih menjawab kebutuhan,” katanya.

​Selain itu, ia menyoroti masalah 'kelaparan tersembunyi' (hidden hunger) dan defisiensi vitamin D yang masif. Menurutnya, 70-80 persen anak Indonesia kekurangan vitamin D, nutrisi yang sangat krusial untuk pertumbuhan tinggi badan dan pencegahan stunting.

​Sebagai CEO Tentang Anak, Mesty berkomitmen untuk terus mengembangkan produk inovatif berbasis sains bersama ITB. “Harapan ke depan, kita bisa menjalankan riset bersama. Tidak hanya pengembangan produk, tetapi juga inovasi yang memanfaatkan bahan-bahan lokal Indonesia untuk menjawab masalah tumbuh kembang anak secara tepat,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement