REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Bencana pergerakan tanah dan longsor melanda Desa Cintaasih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat akibat cuaca buruk dan tanah labil. Kondisi itu mengancam keselamatan warga ditengah adanya potensi cuaca ekstrem saat ini.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB, pergerakan tanah dan longsor itu berada di dua dusun yang tersebar di Kampung Pasir Salam RT 03/08, Kampung Gadung RT 01/09, Kampung Genteng RT 02/02, Kampung Cikupa RT 03/08, Kampung Pasir Koneng RT 03/08, Kampung Cijeruk 04/04, dan Kampung Cigedong RT 01/03.
"Total yang terdampaknya itu ada 38 kepala keluarga (KK), 32 rumah dan 108 jiwa," ujar Kepala Pelaksana BPBD KBB Asep Sehabudin saat dikonfirmasi, Sabtu (14/11/2025).
BPBD KBB menerima laporan dari pihak desa pada 11 November 2025. Hasil assesment petugas, ternyata bencana pergerakan tanah itu sudah terjadi sejak tahun 2020, bahkan Badan Geologi sudah melakukan kajian di lokasi pergerakan tanah tahun 2022.
Namun ternyata, pergerakan tanah di Desa Cintaasih semakin besar. Pergerakan tanah berlangsung secara bertahap yang berdampak terhadap rumah warga yang mengalami kerusakan. Khususnya pada dinding dan lantai yang terdapat banyak rekahan.
"Kejadiannya sudah lama sejak tahun 2020 pergerakan tanahnya, setiap tahun terus bertambah. Rumahnya dulu sudah ada yang hancur, sekarang rusak dinding dan lantai, kalau yang panggung miring," kata Asep.
Hasil kajian Badan Geologi tahun 2022, kata Asep, area pergerakan tanah di Desa Cintatasih memang tidak layak untuk dijadikan lokasi pemukiman. Selain tanahnya yang labil, wilayah tersebut memiliki topografi berbukit dan lereng yang mengancam keselamatan warga di musim penghujan ini.
Sehingga demi keamanan dan keselamatan, penghuni puluhan rumah di area pergerakan tanah itu harus mengungsi ke rumah kerabat atau kantor desa setempat. Sedangkan untuk opsi relokasi sesuai rekomendasi Badan Geologi akan dibahas lebih lanjut.
"Masih ada yang diam di rumah, kalau hujan mengungsi ke desa dan kerabat. Hasil kajian geologi tahun 2022 harus direlokasi, harus pindah kalau melihat kondisi di lapangan karena daerahnya di lereng tebing curam. Tidak layak jadi pemukiman. Bantuan sudah logistik," papar Asep.