Senin 20 Feb 2023 18:47 WIB

Puluhan Warga Garut Diduga Diserang Difteri, Tujuh Orang Meninggal Dunia

Dinkes Kabupaten Garut masih menelusuri kasus dugaan difteri yang menyerang warga.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nora Azizah
Dinkes Kabupaten Garut masih menelusuri kasus dugaan difteri yang menyerang warga.
Foto: Anadolu Agency
Dinkes Kabupaten Garut masih menelusuri kasus dugaan difteri yang menyerang warga.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Puluhan warga di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, dilaporkan terserang penyakit difteri. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut hingga Ahad (19/2/2023), terdapat 73 kasus difteri di wilayah desa itu. Mayoritas yang terserang adalah anak-anak. 

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, mengatakan, kasus difteri itu baru muncul sejak empat pekan terakhir. Sebanyak dua orang anak telah dinyatakan positif difteri berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Namun, kondisi dua anak itu disebut telah membaik.

Baca Juga

"Iya, ada yang positif difteri sebanyak dua orang yang sudah terkonfirmasi. Yang lain belum keluar hasilnya," kata dia saat dikonfirmasi Republika.co.id, Senin (20/2/2023).

Mengacu data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dari 72 kasus itu, empat orang masuk dalam kategori kasus observasi difteri, empat suspek difteri, dua kasus konfirmasi positif difteri, 55 kontak erat, dan tujuh orang meninggal dunia tanpa ada catatan medis yang lengkap (link epidemiologi). Sebanyak tiga orang sedang menjalani perawatan di RSUD dr Slamet Kabupaten Garut, dan delapan orang lainnya menjalani isolasi mandiri. 

Menurut Leli, tujuh orang warga yang meninggal dunia di antaranya adalah enam orang berusia anak dan satu orang dewasa. Namun, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut belum bisa memastikan penyebab kematian itu adalah difteri.

Leli menjelaskan, tujuh orang itu memang dilaporkan oleh pihak keluarga sempat mengalami gejala yang mengarah ke difteri, seperti demam dan sakit tenggorokan. Namun, ketujuh orang itu belum sempat diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium. 

"Kami belum sempat ambil sampelnya. Jadi tidak diketahui meninggal karena difteri atau penyakit lainnya," kata dia.

Ia mengatakan, gejala umum yang dirasakan dalam kasus difteri adalah demam, susah menelan, serta pseudomembran atau bagian leher seperti bengkak. Namun, gejalanya ada yang ringan, sedang, hingga berat. 

Leli mengaku belum bisa memastikan sumber penularan penyakit itu. Pasalnya, virus itu disebut dapat bersumber dari berbagai hal. Namun, setelah dilakukan penelusuran, riwayat imunisasi di wilayah itu kurang baik. 

"Itu juga yang memengaruhi daya tahan tubuh mereka ketika ada virus atau kuman di sekitar lingkungannya, sehingga muncul penyakit," kata dia. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut juga masih melakukan penyelidikan epidemiologi untuk memastikan sumber penyakit itu berasal.

Menurut Leli, ditemukannya penyakit difteri di Kabupaten Garut merupakan hal yang baru setelah sekian lama. Sebelumnya, ia mengakui ada beberapa kasus suspek difteri. Namun, dari kasus suspek itu semuanya dapat kembali membaik, sehingga pihaknya tak melanjutkan pemeriksaan lanjutan.

Lantaran masuk dalam fenomena baru, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut disebut telah melakukan penanganan di Desa Sukahurip seperti terjadi kejadian luar biasa (KLB). "Sebenarnya belum KLB, karena kan KLB itu kalau ada yang positif dan meninggal dunia. Dalam kasus ini, yang dinyatakan positif sudah membaik," ujar Leli.

Ia menambahkan, saat ini pihaknya terus berupaya melakukan skrining kontak erat dan deteksi dini, khususnya di Desa Sukahurip. Pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar ketika ada yang bergejala untuk segera berobat.

Lali juga mengimbau warga yang menjadi kontak erat untuk sementara menahan diri berinteraksi dengan orang lain. Pasalnya, penularan difteri dapat terjadi melalui droplet atau percikan ludah. Penyakit itu juga tak hanya menyerang anak-anak, melainkan juga orang dewasa. Kendati, risiko menular kepada anak jauh lebih besar.

"Nanti juga kemungkinan akan dilakukan imunisasi di sekitar kampung itu. Imunisasi tambahan di luar imunisasi dasar," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement