Jumat 03 Mar 2023 17:26 WIB

Kedapatan Merokok di Sekolah, Siswa di Garut Ditampar Guru dengan Buku

Kasus penamparan siswa dengan buku di Garut sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Irfan Fitrat
Suasana di SMK Muhammadiyah Banyuresmi, Kabupaten Garut.
Foto: Dok. Republika.
Suasana di SMK Muhammadiyah Banyuresmi, Kabupaten Garut.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT — Kejadian siswa ditampar dengan buku oleh guru di SMK Muhammadiyah Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, viral di media sosial. Dikabarkan tindakan itu terjadi lantaran siswa kedapatan merokok di sekolah.

Kasus tersebut dilaporkan terjadi pada akhir Februari lalu. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Jabar) Wilayah XI Kabupaten Garut, Aang Karyana, mengonfirmasi kejadian yang terekam dalam video. Menurut dia, kedua belah pihak yang terlibat sepakat menyelesaikannya secara kekeluargaan. “Secara kekeluargaan sudah diselesaikan,” kata dia kepada Republika, Jumat (3/3/2023).

Aang pun menyampaikan surat pernyataan bersama antara siswa yang ditampar dengan buku dan pihak sekolah. Dalam surat itu, disepakati masalah tersebut diselesaikan secara musyawarah.

Soal kejadian di SMK Muhammadiyah Banyuresmi itu, Aang menjelaskan, awalnya karena siswa melakukan pelanggaran. Siswa tersebut kedapatan merokok di dalam kelas. Kelakuan siswa itu disebut bukan yang pertama kali.

Saat pelanggaran pertama, guru disebut hanya memberikan peringatan. Ketika pelanggaran kedua, guru kemudian memberikan sanksi ringan. 

Setelah itu, dibuat kesepakatan di dalam kelas. Apabila siswa tersebut kembali melakukan pelanggaran yang sama, yang bersangkutan bersedia dihukum dengan cara ditampar oleh guru dan para siswi di dalam kelas. “Dan terjadilah peristiwa yang ada di video itu,” kata Aang.

Kepala SMK Muhammadiyah Banyuresmi, Asep Dadang, mengatakan, pihak sekolah telah bermusyawarah dengan keluarga siswa terkait masalah itu. Ia menyebutkan, kasus itu telah diselesaikan secara kekeluargaan. “Tidak ada tuntutan, keluarganya tidak menuntut. Anaknya juga tidak apa-apa. Semua sudah saling memaafkan,” ujar dia.

Menurut Asep, saat ini kegiatan belajar mengajar di sekolahnya berjalan normal. Akan tetapi, kata dia, secara psikologis guru dan siswa yang terlibat kasus itu kemungkinan masih merasa malu karena videonya viral. “Namun, keduanya sudah saling memaafkan,” katanya.

Jangan Ada Kekerasan di Sekolah

Melihat kejadian itu, Aang mengaku memahami perasaan guru yang melakukan tindakan itu. Namun, kata dia, tindak kekerasan di lingkungan sekolah tetap tidak bisa dibenarkan dengan alasan apa pun. 

“Mungkin ada cara-cara yang lebih elegan atau lebih mendidik. Misalnya, kalau memang bandel saja, dipanggil orang tuanya atau apa. Jangan sampai dilakukan tindakan fisik atau pem-bully-an,” kata Aang.

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement