Rabu 29 Mar 2023 20:17 WIB

Pergerakan Tanah, Jalan Alternatif Bogor-Cianjur di Sukamakmur tak Bisa Dilewati

BPBD mengimbau warga sementara tidak melintasi jalan alternatif Bogor-Cianjur itu.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Irfan Fitrat
Jalan alternatif Bogor-Cianjur terdampak pergerakan tanah di Kampung Cibitung, Desa Wargajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Foto: Dok BPBD Kabupaten Bogor
Jalan alternatif Bogor-Cianjur terdampak pergerakan tanah di Kampung Cibitung, Desa Wargajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pergerakan tanah dilaporkan terjadi di wilayah Kampung Cibitung, Desa Wargajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pergerakan tanah itu berdampak terhadap jalan alternatif penghubung Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur.

Staf Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Jalaludin, menjelaskan, pergerakan tanah dilaporkan terjadi pada Selasa (28/3/2023). BPBD melakukan pengecekan pada Selasa malam dan melakukan penanganan pada Rabu (29/3/2023).

Menurut Jalaludin, pergerakan tanah itu berdampak terhadap jalan alternatif Bogor-Cianjur. “Jalan alternatif penghubung Kabupaten Bogor menuju Kabupaten Cianjur juga tidak bisa dilalui,” kata Jalaludin, saat dikonfirmasi Republika, Rabu (29/3/2023).

Jalaludin mengatakan, pergerakan tanah juga berdampak terhadap satu bangunan vila, sehingga mengalami kerusakan. “Imbauan untuk pihak manajemen vila untuk tidak membiarkan pekerjanya ada di vila karena rawan terjadi pergerakan tanah,” katanya.

Jalaludin menjelaskan, pergerakan tanah terjadi karena rembesan air bergerak dengan mudah dan membawa lapisan tanah di bawahnya. Menurut dia, pergerakan tanah di Kampung Cibitung, Desa Wargajaya, Kecamatan Sukamakmur, ini sepanjang kurang lebih satu kilometer dari titik nol.

Karena pergerakan tanah ini, BPBD mengimbau warga sementara ini tidak melintasi jalan alternatif Bogor-Cianjur di wilayah tersebut. “Warga juga tidak melintasi karena takutnya ada longsor karena retakan itu,” kata Jalaludin.

Menurut Jalaludin, tidak ada korban jiwa akibat pergerakan tanah itu. Sejauh ini, kata dia, tidak ada warga yang mengungsi ataupun kondisinya rumahnya terancam karena lokasi retakan pergerakan tanah terbilang jauh dari permukiman.

Namun, Jalaludin mengatakan, pergerakan tanah masih berlanjut, kurang lebih setiap 20 menit sekali. “Saat ini dibutuhkan penanganan lebih lanjut dari pihak terkait,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement