REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Viralnya pengobatan alternatif Ida Andriyani atau Ida Dayak di Depok, Jawa Barat, telah membuat banyak orang dari berbagai daerah datang untuk meminta pengobatan. Konon pengobatan tersebut bisa mengobati kelumpuhan.
Menanggapi isu tersebut, Prof Dr dr Ferdiansyah, SpOT(K), Ketua Dewan Pakar PABOI 2022-2025 mengatakan, kejadian serupa sebenarnya sudah berkali-kali terjadi. Dia berbicara secara general, bukan sebatas pada isu dayak tersebut. Menurut Ferdiansyah, hal yang paling penting adalah bukti ilmiah dari suatu pengobatan.
“Artinya, dicarikan dulu bukti ilmiahnya, kalau terbukti atau tidak bisa menyembuhkan, akhirnya berasumsi,” kata Prof Ferdiansyah dalam webinar, disimak Rabu (5/4/2023).
Prof Ferdiansyah membahas penyakit yang hanya berkaitan dengan ortopedi. Menurut dia, tentu ada konsekuensi antara memilih alternatif maupun datang kepada ahlinya.
Hal itu bisa mencakup monitoring dan pertanggungjawaban. Jika datang bukan kepada ahlinya, maka siapa yang akan memonitoring atau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan?
“Bagaimana menerapinya saya tidak komentar, mestinya seharusnya apa pun yang dikerjakan itu ada monitoring dan evaluasi untuk efektivitasnya karena tanpa itu kita berasumsi dan itu tidak bagus,” ujar dia.
Dia mengatakan, tentu selain kasus viral saat ini, ada berbagai macam iklan yang punya klaim tersendiri. Tetapi saat membahas alternatif, maka harus ada bukti ilmiah.
Prof Ferdiansyah mencontohkan, sekarang sudah ada dokter akupuntur. Dulu, mungkin praktik akupuntur dikenal sebagai pengobatan alternatif. Tidak menutup kemungkinan ke depan ada pengobatan yang mendapat bukti ilmiah. Tetapi, kata dia, untuk sampai ke situ, jangan sampai mengorbakan diri.
Untuk saat ini, tetap hal yang paling penting adalah bukti ilmiah. Keilmuan memang terus berkembang dan penyakit baru akan terus bermunculan.
“Yang penting ke RS, memang karena ada standarnya, kalau tidak ada monitoring, ya tidak bagus, siapa yang monitor?,” ujar dia menambahkan.