Jumat 21 Apr 2023 04:05 WIB

Saat Preman Pensiun Menuntut Ilmu Melalui PKBM

Pengalaman hidup di jalanan pada masa lalu, mengasah Amin menjadi pribadi pemberani.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Warga peserta didik Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
Warga peserta didik Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Amin (54  tahun) bersiap berangkat dari rumahnya ke SMK Hasanudin di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Di bagian belakang kaos polo lengan panjang yang dikenakannya tertulis Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Family Kandanghaur.

Belakangan ini, setiap Sabtu dan Ahad, aktivitas Amin banyak dihabiskan di tempat tersebut untuk belajar ilmu pengetahuan alam dan mata pelajaran formal lainnya setingkat SMA.

Tak hanya itu, Amin juga mengasah keterampilan komputer, konveksi, dan tata boga. Sedangkan pada Senin sampai Jumat, Amin diperbantukan di desanya. Dia juga menjadi pembudidaya rumput laut.

Salah satu motivasi Amin kembali duduk di bangku sekolah adalah untuk naik status sebagai pegawai administratif desa, yang mensyaratkan ijazah SMA sederajat.

Di kampungnya, nama Amin tersohor sebagai preman pensiun. Kenakalan di masa remajanya itu membuatnya menjadi anak putus sekolah. Dia tamatan SMP sampai usia kepala lima.

Namun, pengalaman hidup di jalanan pada masa lalu, telah mengasah Amin menjadi pribadi pemberani. Seperti saat ini, dia berani balas dendam atas kesalahan di masa lalunya dengan ikut program kejar Paket C.

Kejar Paket C adalah program pendidikan setara SMA tanpa batasan usia. Amin tercatat sebagai siswa paling tua di PKBM Family Kandanghaur. Meski demikian, dia tidak sendirian dalam menempuh pendidikan di saat usianya tak lagi muda.

Ada siswa PKBM kejar Paket C lainnya bernama Budi (47). Dia merupakan anak buah kapal (ABK) yang putus sekolah di masa lalu.

Kini, Budi mencoba peruntungan naik pangkat jadi nahkoda. Sebelum dites kemampuannya mengendalikan kapal, dia mula-mula harus mengantongi ijazah SMA sederajat.

Lain dengan Amin, Budi belajar di PKBM mengikuti jadwal kapal. Seperti saat ini, Budi libur dari melaut selama dua bulan karena kapalnya sedang bersandar. Kesempatan berada di darat dimanfaatkannya untuk belajar.

Lain lagi cerita Farhan (16), siswa kejar Paket B di PKBM Kandanghaur. Dari jauh, ia tampak menonjol dari kawan-kawannya di kelas karena fisiknya yang tinggi dan hidungnya yang mancung.

Farhan juga mudah dikenali dari cara bicaranya yang masih terbata-bata berbahasa Indonesia. Farhan berdarah setengah Arab dari ayahnya, dan setengah Indonesia dari ibunya.

Farhan lahir dan besar di Arab Saudi. Sejak 2018, dia diboyong ibunya ke tanah air meninggalkan negeri Timur Tengah itu.

Farhan melanjutkan sekolah sebagai siswa kejar Paket A, lalu lanjut kejar Paket B. Saat ini, dia duduk di tingkat akhir kejar Paket B dan akan melanjutkan ke kejar Paket C.

Ketua PKBM Family Kandanghaur, Nasirudin (33) menuturkan, sejak berdiri pada 2007 sampai sekarang, PKBM Family menerima siswa dari semua usia. Selama belasan tahun berdiri, PKBM Family meluluskan ratusan aalumni

Beberapa di antara alumni mereka saat ini menjabat sebagai kuwu (sebutan bagi kepala desa di Kabupaten Indramayu) di daerahnya masing-masing.

‘’PKBM Family ini awalnya didirikan untuk memfasilitasi masyarakat di daerah Eretan yang dulu masih banyak buta aksara. Berawal dari program pemberantasan buta aksara, kemudian kami membuat program kejar Paket A sampai C,'’ kata Nasirudin, Sabtu (8/4/2023).

Nasirudin dan jajaran pengurus di PKBM Family berkomitmen untuk mendirikan sistem pendidikan yang seefisien dan semaksimal mungkin.

Efisien karena menyesuaikan waktu beberapa siswa yang bekerja sambil sekolah. Sedangkan maksimal karena semua kurikulum wajib untuk pendidikan formal diberikan ditambah pendidikan keterampilan.

‘’Kami mengusung slogan 'sekolah jalan, kerja jalan'. Jangan sampai sekolah ganggu aktivitas bekerja, tapi juga pendidikan harus tetap jalan,'’ tukas Nasirudin.

Saat ini, siswa PKBM Family berada di rentang usia 15 sampai 54 tahun. Total ada 58 siswa aktif, diantaranya 32 orang yang tergabung di Paket C, 18 orang Paket B, dan Paket A sebanyak delapan orang.

Selain pendidikan setara sekolah formal, PKBM Family juga memberikan tiga keterampilan kepada siswa. Yaitu, keterampilan komputer yang mencakup pengetahuan office dan desain grafis, keterampilan usaha jasa konveksi yang mencakup keterampilan menjahit dan teknik sablon, serta usaha jasa makanan dan tata boga.

PKBM Family menerima siswa dari seluruh Kabupaten Indramayu. Untuk mendaftar, calon siswa cukup membawa akta kelahiran dan kartu keluarga.

Khusus kejar Paket B dan C, calon siswa diminta membawa bukti ijazah pendidikansebelumnya.  ‘’Soal pembiayaan, kami pakai sistem saling subsidi,'’ terang Nasirudin.

Nasirudin mengatakan, pihaknya mendapatkan dukungan melalui program CSR PHE ONWJ (Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java). Selain itu, pihaknya juga mengupayakan mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah.

‘’Kami maksimal menarik iuran dari siswa di angka Rp 500 ribu per orang sampai lulus,'’ cetus Nasirudin.

Head Communication, Relations, & CID Zona 5 PHE ONWJ, R Ery Ridwan, menyatakan, pihaknya berkomitmen ikut dalam penyediaan pendidikan yang mudah diakses untuk wajib belajar di wilayah pesisir. ''Khususnya yang beririsan dengan wilayah kerja perusahaan,'’ kata Ery.

PHE ONWJ ikut membina PKBM Family sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) di sektor pendidikan. Hal itu merupakan salah satu implementasi pilar Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan empat, yakni pendidikan berkualitas. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement