Jumat 05 May 2023 17:24 WIB

Alternatif Cawagub Jabar dari Kalangan Birokrat Mulai Bermunculan

Dari 28 nama yang muncul, mengemuka tiga nama yang mengantungi elektabilitas tinggi.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Wakil Direktur Eksekutif IPRC, Firman Manan.
Foto: Istimewa
Wakil Direktur Eksekutif IPRC, Firman Manan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lembaga survei Indonesian Politics Research and Consulting (IPRC) merilis survei terbaru, kandidat alternatif Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jawa Barat 2024. Berbagai nama dari latar belakang elit birokrasi, elit partai politik (parpol), figur populer non-parpol hingga kepala daerah muncul dalam hasil survei periode April 2023 tersebut.

Berdasarkan survei kategori elit birokrasi, sebanyak 28 nama Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menjabat esselon I dan II masuk dalam radar kandidat alternatif Cawagub Jabar 2024. Dari 28 nama tersebut, mengemuka tiga nama yang mengantungi elektabilitas tertinggi.

Di urutan pertama muncul nama Dedi Supandi. Dedi Supandi yang kini menjabat Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat menorehkan elektabilitas tertinggi yaitu 1,9 persen. 

Di bawah Dedi Supandi, pada urutan kedua, ditempati Setiawan Wangsaatmaja yang saat ini menjabat Sekda Jabar dengan elektabilitas 1,2 persen. 

Kemudian, urutan ketiga yaitu Asep Sukmana, yang sekarang menjabat Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Barat dengan elektabilitas 1,0 persen.

Menurut Wakil Direktur Eksekutif IPRC, Firman Manan, wakil gubernur memberikan pengaruh signifikan dalam kriteria elektoral. Karena, bisa menutupi atau melengkapi kelemahan calon gubernur. 

Idealnya, kata dia, Cawagub juga memenuhi kriteria pemerintahan yaitu mempunyai pengetahuan, pemahaman, kemampuan dan keterampilan dalam pengelolaan pemerintahan.

"Membantu, mendampingi dan menjadi penasihat terdekat Gubernur dalam mengelola pemerintahan pasca memenangkan Pilgub," ujar Firman dalam konfrensi pers Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2024: Menakar Calon Alternatif, di Hotel De Paviljoen Jalan Martadina Kota Bandung, Kamis petang (4/5/2023). 

Firman menilai, pencalonan birokrat menjadi wakil gubernur pun bukan hal yang baru. Karena, berdasarkan pengalaman beberapa Pilgub sebelumnya, elit birokrat juga sempat ada yang menyalonkan diri menjadi wakil gubernur.  

Firman mencotohkan, seperti dalam Pilgub Jabar 2013–2017. Yaitu Lex Laksamana Zaenal maju mendampingi Dede Yusuf. 

"(Cawagub) memang di proyeksikan punya kemampuan Pengelolaan pemerintahan dalam membackup Gubernur nah tentu birokrat ya apalagi dalam top level," katanya. 

Beberapa nama elit birokrat yang banyak dipilih publik juga dinilainya memiliki rekam jejak yang baik dalam mengelola pemerintahan. Sehingga, Firman menilai beberapa mereka memiliki kemampuan yang tepat untuk mendampingi Ridwan Kamil di periode kedua. 

Selain itu, berpasangan dengan birokrat juga memiliki kecenderungan politik yang kecil. Hal ini berbeda dengan wakil gubernur yang juga dari golongan Partai Politik. Menurutnya, wakil dari latar belakang partai biasanya memiliki kecenderungan politik yang tinggi. 

"Biasanya para birokrat itu juga kan tidak punya kecenderungan politik yang terlalu tinggi. Kenapa itu penting, kalau kemudian wakil kepala daerah itu juga politisi banyak daerah kita lihat kan ada potensi konflik," katanya. 

Tidak hanya itu, dia menilai, memilih wakil dari kalangan birokrat juga bisa meminimalisir terjadinya kompetisi dalam memimpin. Menurutnya, kebanyakan wakil gubernur dari kalangan politik ada keinginan untuk maju kembali ke periode kedua mejadi gubernur. 

"Nama birokrat ini paling tidak menjadi calon alternatif dari kalangan politisi, kepala daerah, dan partai politik," katanya. 

Sedangkan dalam survei Cawagub dengan latar belakang kepala daerah muncul nama Bima Arya, Hengky Kurniawan, Cellica Nurrachdiana, Ade Sugianto dan Rudy Gunawan.

Selain itu, Atalia Praratya Ridwan Kamil juga masuk dalam kategori figur alternatif non-partai politik (outsider). Atalia diasosiasikan dekat dengan Ridwan Kamil, dan potensi mendapatkan dukungan dari Ridwan Kamil. 

Selain Atalia Praratya Ridwan Kamil,  muncul juga nama Susi Pujiastuti dan Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Kemudian dari elite partai politik, ada Dessy Ratnasari (PAN), Ono surono (PDIP), dan Saan Mustopa (Nasdem). 

Pada kesempatan tersebut, IPRC pun merilis survei kandidat alternatif Calon Gubernur (Cagub) Jabar 2024. Dalam simulasi 10 nama, Dedi Mulyadi mencatatkan elektabilitas 46 persen dan berpeluang menjadi calon alternatif bilamana Ridwan Kamil tidak turut bertarung dalam konstelasi Pilgub Jabar 2024. 

Di bawah Dedi Mulyadi, ada nama Dede Yusuf dengan elektabilitas 14,8 persen. "Dede Yusuf (Demokrat), mempunyai keunggulan name-recognition sebagai mantan Wakil Gubernur. Namun belum ada kepastian untuk maju dalam Pilgub Jabar 2024," kata Firman.

Survei ini mengambil sampel sebanyak 1.200 orang dengan metode penarikan sampel melalui multistage random sampling, dengan margin of error rata-rata sebesar 2,87 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement