REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terkini Pilgub Jabar 2024. Hasilnya, pasangan nomor urut 4 Dedi Mulyadi atau KDM dan Erwan Setiawan memiliki elektabilitas tertinggi. Menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA Toto Izul Fatah, kurang dari sebulan jelang masa pencoblosan di 27 November 2024, elektabilitas Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan masih unggul.
Toto menjelaskan, pasangan calon atau paslon KDM-Erwan mengantongi elektabilitas 74,6 persen. Dibayangi Akhmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie 12 persen, Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina 6,5 persen dan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja 5,3 persen, serta tidak tahu atau tidak jawab 1,6 persen.
Survei yang dilakukan pada 31 Oktober sampai 4 November 2024, dengan metode Multistage Random Sampling, melibatkan 800 responden melalui wawancara tatap muka, margin of error 3,5 persen di 27 kota/kabupaten atau 15 daerah pemilihan (Dapil). Toto menilai, elektabilitas KDM-Erwan wajar menjadi yang tertinggi, karena Dedi Mulyadi memang telah melakukan aktivitas politik di Jabar sudah terbilang cukup lama ketimbang figur lain.
"Alasan pemilih Dedi-Erwan didominasi karena tingkat keterkenalan yang tinggi. Sebanyak 25 persen pemilih mengaku hanya mengenal keduanya dibanding kandidat lainnya. Alasan ini juga mendominasi pemilih Acep-Gita sebesar 17,3 persen," ujar Toto kepada wartawan di Hotel Preanger, Kota Bandung, Jumat (8/11/2024).
Sementara 31,3 persen pemilih Syaikhu-Ilham punya alasan melihat kepribadian keduanya baik. Pemilih Jeje-Ronal didominasi alasan menyukai partai pengusungnya yakni PDIP sebesar 19 persen.
"Dominan pemilih Jeje ini karena suka dengan partai pengusungnya, tapi faktor lainnya rendah. Nah menariknya, 71,8 persen pemilih dari partai PDIP itu mengarahkan suara ke Dedi-Erwan. Sama seperti PKS yang kita kenal militan, meski hanya selisih sedikit tapi 47,9 persen pemilih ke Dedi-Erwan sementara 39,6 persen ke Syaikhu-Ilham," kata Toto.
Toto mengatakan, elektabilitas KDM-Erwan ini juga didukung adanya strong voters atau pemilih yang sudah bulat menentukan pilihannya, yakni 55 persen. Tapi terlepas dari itu, masih ada soft voters atau swing voters, pemilih yang ragu-ragu dimana angkanya di 31 persen. Sehingga masih berpotensi mendongkrak elektabilitas pasangan lain.
"Fenomena ini bisa good news and bad news, karena masih ada 31 persen soft supporters, jadi masih cair dan bisa direbut siapa saja, seperti tanah tak bertuan," kata Toto.
Toto menilai, Syaikhu-Ilham sebenarnya punya peluang untuk menyusul Dedi-Erwan mengingat posisi elektabilitasnya bisa tembus lebih dari dua digit persentase. Namun, dalam kurun waktu yang singkat, kekuatan elektabilitas Dedi-Erwan akan sulit untuk dikalahkan.
"Harus jujur saya sampaikan, Dedi-Erwan cukup kokoh dan menang fenomenal. Hampir mustahil disusul, kecuali ada tsunami politik dan money politik masif. Kami belum melihat ada tanda-tanda ini, tapi kalaupun ada ya saya kira di Jabar mungkin perlu uang berkarung-karung dan belum tentu efektif," kata Toto.
Menurut Toto, black campaign misalnya, itu masuk tsunami politik. Kasus tertentu atau isu negatif yang beredar masif, dalam teori negatif campaign itu bisa terjadi. "Tapi seberapa publik tahu dan seberapa percaya? Karena pemilih di Jabar 70-80 persen ini grass root, mereka tidak terakses media, pemberitaan, sosmed dan lain-lain. Jadi mungkin hanya tersebar ke lingkungan elit dan belum tentu dipercaya kalau tidak cerdas mengemasnya," paparnya.