REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali membentuk tim pneliti 2023 untuk melihat dan mengkaji dugaan ajaran sesat di Pesantren al-zaytun, Indramayu, Jawa Barat. Ketua Forum Ulama Umat Indonesia KH Athian Ali menyabut baik dan mendukung MUI sepenuhnya.
Kiai Athian sangat berharap, agar penelitian dan investigasi yang dilakukan MUI bisa menembus sampai ke akar-akarnya. Serta agar hasil penelitian nanti bisa ditanggapi dan segera diambil sikap oleh pemerintah serta tidak terhenti lagi sebagaimana penelitian MUI pada 2001 silam.
"Kita menyerahkan data yang kita (FUUI) miliki, saya datang sendiri dan berkoordinasi dengan Pak Ma'ruf Amin (ketua tim peneliti 2001). Jadi, sekarang MUI membentuk tim kembali, alhamdulillah, kita harus bersyukur, mudah-mudahan kali ini bisa tuntas," kata kiai Athian dalam sambungan telepon dengan Republika, Rabu (10/5/2023).
Kiai Athian menuturkan bahwa misteri tentang Al-Zaytun dengan segala kontroversinya sudah bergulir sejak dahulu. Anehnya, setiap persoalan yang menyangkut Al-Zaytun ini akan terus mengambang dan tanpa kejelasan.
Kendatipun sudah melapor pada pihak yang berwenang dan mengumpulkan bukti dan saksi kunci, namun kasus seolah menguap serta tidak ada tindakan serius dan nyata dari negara.
"Investigasi dulu tahun 2001, saya kira sudah selesai. Sekarang malah lebih aneh lagi, bukan lebih aneh, ada keanehan-keanehan baru," kata Kiai Athian melihat kontroversi baru yang dibuat Al-Zaytun.
Seperti sholat jamaah campur laki-laki dan perempuan di satu shaf, hadir juga yang bukan muslim dalam sholat Ied, kemudian menyanyikan salam yahudi, hingga rencana akan ada khotib perempuan.
"Ini kan keanehan-keanehan yang dulu tidak ada. Lalu mengucapkan salam Yahudi, kalau dulu belum ada itu. Sekarang arahnya mau ke mana lagi (Al-zaytun)? Saya kira perlu bukan hanya dilakukan penelitian tapi juga penyelesaian karena dulu belum tuntas ya," ujar Kiai Athian.
Agar penelitian dan pengkajian yang dilakukan MUI sukses, menurut Kiai Athina, perlu juga dukungan dari seluruh ormas Islam di Indonesia. Karena dahulu pun, menurutnya, kurang ada dukungan sehingga penyelidikan MUI sebelumnya tidak tuntas.
"Seluruh ormas Islam harus mendukung betul sepenuhnya pada MUI untuk menuntaskan masalah ini. Jadi, kita berharap mudah-mudahan ormas Islam itu ikut mendukung, karena dulu pun saya lihat, ya kurang ada dukungan. Jadi, MUI seperti berjalan sendiri, Depag berjalan sendiri," katanya.
Ketika disinggung tentang kasus penembakan di kantor MUI beberapa waktu lalu, apakah bisa dianggap sebagai peringatan untuk MUI. Kiai Athian berharap, hal itu sama sekali tidak berkaitan.
"Kalau itu dikaitkan dengan Al-zaytun, mudah-mudahan tidak ada keterkaitan seperti itu. Insya allah tidak ada, ini hanya dugaan saya, semoga sama sekali tidak ada keterkaitan," ujar Kiai Athian.