Jumat 19 May 2023 21:33 WIB

Survei LSI: Elektabilitas Ganjar Pranowo Turun, Ini Tiga Penyebabnya

Salah satu faktor turunnya suara Ganjar karena batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia

Rep: Febryan A/ Red: Karta Raharja Ucu
Suara untuk calon presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo mengalami penurunan dalam survei terbaru LSI Denny JA.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Suara untuk calon presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo mengalami penurunan dalam survei terbaru LSI Denny JA.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Elektabilitas calon presiden (capres) PDIP, Ganjar Pranowo dalam survei terbaru Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA, merosot. Penurunan suara pemilih Gubernur Jawa Tengah ini adalah kali pertama dalam satu tahun terakhir.

"Berdasarkan hasil survei kita dalam satu tahun terakhir, ini pertama kali dukungan ke Ganjar turun," kata Direktur LSI Denny JA, Adjie Alfaraby saat merilis hasil survei lembaganya di Jakarta, Jumat (19/5/2023).

Adjie menjelaskan, berdasarkan hasil survei LSI Denny JA pada Mei 2022, elektabilitas Ganjar berada di angka 27,9 persen. Setelah itu, elektabilitas Ganjar terus naik hingga mencapai puncaknya pada Januari 2023 dengan raihan elektabilitas 37,8 persen.

Setelah mencapai puncak, lanjut dia, elektabilitas Ganjar menurun. Dalam survei terbaru LSI Denny JA pada 3-14 Mei 2023, didapati elektabilitas Ganjar sebesar 31,9 persen.

Ada tiga penyebab elektabilitas Ganjar merosot. Pertama, kata Adjie, efek negatif batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Sebab, publik menilai pernyataan Ganjar menolak keikutsertaan Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20 merupakan salah satu penyebab Indonesia batal jadi tuan rumah.

Kedua, publik mempersepsikan Ganjar bukan tipe pemimpin yang kuat. Status Ganjar yang dideklarasikan dan dibincangkan publik sebagai “petugas partai”, ternyata melemahkan persepsi personal Ganjar.

"Ganjar dinilai sebagai pemimpin yang tidak mampu mengambil keputusan sendiri, karena harus berkonsultasi atau direstui dulu setiap keputusannya oleh ketum partainya," kata Adjie.

Ketiga, publik menganggap Ganjar sebagai gubernur yang gagal menangani isu kemiskinan di Jawa Tengah. Padahal, publik menganggap persoalan kemiskinan itu merupakan isu prioritas.

Adjie menjelaskan, data memang menunjukan Jawa Tengah adalah provinsi kedua termiskin di Pulau Jawa. Kemiskinan di Jawa Tengah pada tahun 2022, mencapai 10.98 persen. Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah itu lebih rendah daripada rata-rata angka kemiskinan nasional tahun 2022 sebesar 9,57 persen.

Meski survei terbaru LSI Denny JA ini menemukan elektabilitas Ganjar merosot, tapi tingkat keterpilihan Gubernur Jawa Tengah itu sebagai capres masih berada di urutan kedua. Urutan pertama ditempati capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dengan elektabilitas 33,9 persen. Sedangkan capres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, berada di urutan ketiga dengan tingkat keterpilihan 20,8 persen. Adapun responden yang tidak menjawab/tidak tahu sebanyak 13,4 persen.

Survei LSI Denny JA pada 3-14 Mei ini dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner terhadap 1.200 responden di seluruh Indonesia. Margin of error survei ini sebesar 2.9 persen. Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, dan focus group discussion.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement