Selasa 23 May 2023 14:32 WIB

Kasus Demam Babi Afrika, Belum Ditemukan di Jabar

Kabupaten Kuningan dan Bogor dua daerah sentra peternakan babi di Jabar.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Petugas tengah memeriksa kesehatan hewan babi guna pengendalian kasus kematian babi yang diakibatkan penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika (DBA).
Foto: istimewa
Petugas tengah memeriksa kesehatan hewan babi guna pengendalian kasus kematian babi yang diakibatkan penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika (DBA).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat memastikan sampai saat ini tidak ditemukan kasus demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF). Bahkan, pihaknya sudah menerjunkan tim ke dua sentra peternakan babi terbesar di Jawa Barat, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Bogor.

“Jawa Barat tidak banyak, hanya daerah tertentu yang banyak (ternak babi), di Kuningan dan Gunung Sindur (Bogor), fokusnya di sana,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner DKPP Jabar Suprijanto kepada wartawan, Selasa (23/5/2023).

Suprijanto mengatakan, dari hasil pemeriksaan, pihaknya memastikan tidak ada laporan terkait demam babi Afrika di kedua daerah sentra tersebut. Karena, kasusnya masih ditemukan di luar Pulau Jawa, seperti Riau dan Sulawesi Selatan.

Suprijanto juga memastikan, kasus demam babi Afrika belum ada di Pulau Jawa. Ini hasil dari komunikasi pihaknya dengan aparat veteriner di Yogyakarta. “Dari teman-teman di sana juga tidak ada,” katanya.

Walaupun tidak ada kasus, kata dia, tapi pihaknya sudah menghimbau agar para peternak babi di Jabar bersikap waspada. Selain itu, pihaknya juga melakukan deteksi lalu lintas hewan di sejumlah titik guna meningkatkan pengawasan. 

Menurutnya, Kabupaten Kuningan dan Bogor sendiri selama ini memasok babi untuk kepentingan hewan potong ke Jakarta dan Kota Bandung. Suprijanto memastikan, meski memasok, jumlah hewan babi yang dikirim ke rumah potong hewan relatif kecil.

“Yang dari Kuningan itu ke RPH babi di Kota Bandung paling hanya 15-20 ekor per hari, tidak banyak,” katanya.

Virus demam babi Afrika bukanlah kasus baru di Indonesia. Kasus virus demam babi Afrika pertama kali teridentifikasi di Medan, Sumatra Utara pada 2019 lalu yang kemudian menyebar ke sejumlah wilayah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Kasus menjadi heboh saat virus ditemukan di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau pada April lalu. Karena, Pulau Bulan menjadi satu-satunya wilayah yang mengirimkan babi hidup ke luar Indonesia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement