Selasa 23 May 2023 18:38 WIB

13 Juta Petani Dilatih Hadapi El Nino dan Dampaknya

Saat ini, sekitar 10 persen dari wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau.

Rep: Intan Pratiwi / Red: Agus Yulianto
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong para petani untuk membuat Indonesia menjadi negara paling kuat terhadap ancaman kekeringan el nino maupun krisis global dunia. Hal ini ia katakan saat di BSIP Balai Penelitian Tanaman Sayur di Lembang saat berdialog dengan para petani milenial.
Foto: dok Humas Kementan
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong para petani untuk membuat Indonesia menjadi negara paling kuat terhadap ancaman kekeringan el nino maupun krisis global dunia. Hal ini ia katakan saat di BSIP Balai Penelitian Tanaman Sayur di Lembang saat berdialog dengan para petani milenial.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) membuka pelatihan petani dan PPL di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP Lembang). Sampai hari ini, sudah 13 juta penyuluh dan petani mengikuti pelatihan sebagai upaya pemerintah dalam memastikan ketersedian pangan utamanya menghadapi cuaca ekstrem El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2023 mendatang.

Diketahui, pelatihan ini merupakan pelatihan yang sudah dilakukan sejak empat tahun lalu melalui program sejuta petani milenial BPPSDMP Kementan. Dalam arahannya, SYL meminta pelatihan tersebut dapat dilakukan serentak di seluruh Indonesia serta membentuk gugus tugas el nino dan melakukan mitigasi adaptasi.

 

photo
Kementan mempersiapkan musim kemarau ekstrem atau el nino yang diperkirakan akan mencapai puncaknya Agustus mendatang. - (Dok. Kementan)

 

 

"Pelatihan-pelatihan petani dan PPL ini harus terorganisir dengan baik sehingga seluruh insan pertanian memiliki kemampuan mengantisipasi berbagai tantangan yang muncul akibat El Nino," ujar Syahrul, Selasa (23/5/2023).

Syahrul menjelaskan pelatihan adalah langkah yang tepat dalam memberikan pemahaman El Nino secara konkrit dan menyeluruh. Dengan begitu, petani dan penyuluh dapat menumbuhkan kepekaan serta sense of crisis dalam menghadapi semua persoalan.

"Saya juga minta agar jajaran SDM (BPPSDMP) mampu memanfaatkan jaringan Kostratani di berbagai level untuk mengaktualisasikan penerapan hasil pelatihan ini," katanya.

Sebagai informasi, cuaca ekstrem yang melanda dunia saat ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama adalah El Nino atau fase hangat dan kedua El Nina atau fase dingin. Saat ini, sekitar 10 persen dari wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau yang berlangsung di sejumlah sentra pertanian.

"Fenomena el nino merupakan ancaman serius terhadap produksi pangan, baik di subsektor tanaman pangan, peternakan dan perkebunan. Oleh karena itu, sekali lagi diperlukan langkah antisipasi dan adaptasi dengan pelatihan petani dan penyuluh," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement