REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Kementerian Agama (Kemenag) berpesan kepada para dai/daiyah di tahun politik menjelang momen pemilihan umum (pemilu) serentak 2024. Khususnya kepada dai/daiyah yang terlibat dalam kampanye politik.
Staf Khusus Menteri Agama, Muhammad Nurzaman, mengatakan, tidak ada larangan khusus bagi para dai/daiyah untuk berkecimpung dalam dunia politik.
Namun, kata dia, sebagai tokoh agama, sekaligus tokoh masyarakat, para dai/daiyah dituntut untuk mampu menetralkan suasana dan menghindari gesekan akibat perbedaan pendapat atau pilihan politik.
“Jangan sampai agama digunakan dalam praktik politik praktis. Makanya, kalau ingin berkampanye, jangan menggunakan alasan atau ajaran agama. Gunakan cara lain. Jadi, hindari politik identitas,” kata Nurzaman.
Pesan itu disampaikan Nurzaman saat kegiatan “Sarasehan Bersama Dai dan Daiyah Jawa Barat dalam rangka Pencegahan Radikal Terorisme di Indonesia”, yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Pullman Hotels and Resorts, Kota Bandung, Rabu (24/5/2023).
Kepala BNPT Rycko Amelza Dahniel meminta para dai/daiyah ikut membangun kebijaksanaan masyarakat dalam menerima perbedaan, termasuk dalam ranah politik.
“Jangan sampai ada perpecahan oleh kelompok yang memanfaatkan situasi politik untuk mengumpulkan massa, menimbulkan rasa takut pada masyarakat, sehingga menyebabkan terkendalanya proses pesta demokrasi,” kata Rycko.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Asep Hidayatul Muttaqin, berharap di tahun politik menjelang pemilu ini para dai/daiyah dapat menempatkan diri dan mampu mengarahkan masyarakat untuk lebih bijaksana dalam menyampaikan aspirasi dan menerima perbedaan.
“Untuk menangkal terjadinya gesekan, perlu kita menggarisbawahi bahwa persoalan dakwah tidak boleh dikaitkan dengan elektoral. Dakwah fokus digunakan sebagai alat untuk mengajak pada kebaikan hakiki,” ujar Asep.
Asep berharap suasana kondusif dapat terus terjaga. “Kita semua sudah bisa berpikir cerdas, bisa memahami keinginan dan aspirasi masing-masing, dan menyampaikan, juga menerima perbedaan dengan santun dan bijaksana,” kata Asep.