Rabu 31 May 2023 05:41 WIB

Petani Milenial Kuningan Sukses Budidaya Madu Teuweul di Pekarangan Rumah 

Amar mengawali usahanya dengan 20 stup atau kandang lebah.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Salah satu Petani Milenial yang dinilai berhasil Amar Thohir (39), pemuda dari Desa Bojong, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan yang membudidayakan madu di halaman berukuran 4×6 meter.
Foto: Istimewa
Salah satu Petani Milenial yang dinilai berhasil Amar Thohir (39), pemuda dari Desa Bojong, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan yang membudidayakan madu di halaman berukuran 4×6 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Program petani milenial yang diluncurkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dinilai banyak memberi manfaat bagi generasi muda. Selain mampu membangkitkan semangat bertani, hal ini pun memberi informasi dan teknologi terbaru bagi petani muda yang sudah lebih dulu aktif. 

Salah satu petani silenial yang dinilai berhasil adalah Amar Thohir (39 tahun), pemuda dari Desa Bojong, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan. Amar memilih menggeluti pekerjaan sebagai petani budidaya lebah teuweul (Trigona Itama) yang menghasilkan banyak produk unggulan, salah satunya Makun atau Madu Kuningan.

Kerena keberhasilannya ini, Amar pun dinobatkan sebagai salah satu petani milenial Jawa Barat yang sukses di bidangnya. Amar mengatakan, awal mula ketertarikannya menjalani usaha madu teuweul ini. Yakni bermula saat awal masa pandemi covid-19 tiga tahun lalu, Amar aktif sebagai pegiat sosial di komunitas Jaring Pengaman Ummat (JPU) Kuningan melihat banyak masyarakat mencari obat alternatif untuk menguatkan imun tubuh agar tidak terpapar virus corona.

"Salah satunya madu. Seperti diketahui, dalam Alquran ataupun hadits Nabi Muhammad SAW memberikan keterangan akan khasiat madu yang dapat menyehatkan tubuh sekaligus sebagai obat yang menyembuhkan berbagai penyakit," ujar Amar, Selasa (30/5).

Menurutnya, di lahan pekarangan belakang rumahnya yang berukuran hanya 4x6 meter,  Amar pun memulai usaha budidaya madu teuweul yang dikenal sebagai lebah tanpa sengat alias stingless bee. Berbekal ilmu seadanya, Amar mengawali usahanya dengan 20 stup atau kandang lebah.

Setelah mengikuti program Petani Milenial, Amar pun lebih serius dalam menggeluti usaha barunya itu. Yakni, bersama lima mitra petani lebah lainnya, Amar kini telah mempunyai sekitar 150 kandang lebah teuweul dengan produksi madu yang melimpah.

Selain menghasilkan madu asli yang berkhasiat untuk kesehatan, Amar juga mengembangkan sejumlah produk turunan dari madu teuweul tersebut seperti kopi madu, mahabbats alias madu habbatussauda, propolis hingga sabun dan lilin aroma terapi. 

"Dari budi daya madu teuweul ini tidak ada yang terbuang. Selain menghasilkan madu yang kita jual dengan merk dagang Makun alias Madu Kuningan, kami juga punya sekitar 20 produk turunan dari madu ini seperti Mahabbats, kopi madu, propolis hingga sabun dan lilin," papar Amar.

Apalagi, kata dia, dengan bantuan dari Dinas Kehutanan Jawa Barat yang memberikan pendampingan sekaligus bantuan 15 kotak koloni madu teuweul unggulan, rumah sederhana Amar di Desa Bojong, Kecamatan Kramatmulya pun kini banyak dikunjungi masyarakat, pelajar, dan mahasiswa yang ingin belajar tentang budidaya teuweul.

Hal serupa dirasakan Tongcun Hidayat (36), salah seorang peserta program petani milenial asal Kabupaten Cirebon. Menurutnya, banyak pengetahuan dan teknik pertanian yang diterima saat mengikuti program petani milenial.

Tak hanya informasi, kata dia, teknik pertanian baru pun diterimanya selama mengikuti program tersebut. "Program petani milenial ini sangat bermanfaat sekali khususnya bagi kami yang masih muda," katanya.

Banyak teknik pertanian yang diajarkan pada program petani milenial. "Kalau saya lebih kepada sapi potong," katanya. 

Tongcun mengatakan, program tersebut mengajarkannya teknik mengambil sperma sapi jantan yang dimasukkan ke dalam sapi betina. Tongcun menceritakan teknik pengambilan sperma sapi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement