Sabtu 03 Jun 2023 18:21 WIB

Tokoh Lintas Agama Cirebon Deklarasikan Perdamaian Multikulturalisme

Multikulturalisme merupakan program prioritas Kemenag yakni moderasi beragama. 

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Staf Khusus Menteri Agama Bidang Hubungan antar Kementerian/Lembaga, TNI-Polri, serta Kerukunan dan Toleransi, Mohammad Nuruzzaman.
Foto: dok Kemenag
Staf Khusus Menteri Agama Bidang Hubungan antar Kementerian/Lembaga, TNI-Polri, serta Kerukunan dan Toleransi, Mohammad Nuruzzaman.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Tokoh lintas agama mendeklarasikan perdamaian multikulturalisme dalam acara Festival Multikulturalisme Kota Cirebon dan Doa Bersama Perdamaian di IAIN Syekh Nurjati, Cirebon, Sabtu (3/6/2023). Deklarasi tersebut ditandatangai oleh tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan tokoh agama Hindu.

Tidak hanya itu, Deklarasi Perdamaian Multikulturalisme tersebut juga ditandatangani oleh Staf Khusus Menteri Agama, Wali Kota Cirebon, Kapolres Cirebon Kota, Dandim Cirebon Kota, Kepala Kantor Kemenag Kota Cirebon, dan perwakilan IAIN Cirebon.

Staf Khusus Menteri Agama RI M Nuruzzaman menjelaskan, multikulturalisme merupakan bagian dari program prioritas Kementerian Agama (Kemenag) yakni moderasi beragama. Tujuannya, tak lain agar kehidupan beragama di Indonesia menjadi berkualitas dan lebih baik.

Dia menilai, multikulturalisme tidak hanya menampilkan seni budaya saja. Lebih dari itu, kata dia, multikulturalisme harus menjadi ruang untuk memberikan penghargaan terhadap tradisi dan budaya lokal.

"Yang paling penting sesungguhnya adalah menghargai perbedaan yang dimiliki oleh kita masing-masing. Dan perbedaan di antara kita ini, kita mau bekerja sama dalam perbedaan," kata Nuruzzaman dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (3/6/2023).

Terkait dengan hal itu, dia pun menyebut, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas telah memiliki komitmen serius dalam menjaga dan menghargai perbedaan. Bahkan, menurut dia, Menteri Agama selalu menyampaikan bahwa tidak ada Indonesia kalau tidak ada orang Kristen, tidak ada Indonesia kalau tidak ada orang katolik, tidak ada Indonesia kalau tidak ada orang Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

“Tidak ada indonesia kalau tidak ada Batak, Sunda, Jawa, Banjar, Papua. Indonesia itu lahir dari perbedaan. Dan Indonesia itu indah karena perbedaan," jelasnya.

Berikut isi Deklarasi Perdamaian Multikulturalisme Kota Cirebon yang dibacakan dalam kesempatan tersebut:

Kami tokoh lintas agama dan masyarakat Kota Cirebon menyatakan:

1. Bertekad untuk terus membangun dan merawat kerukunan beragama dan kerukunan nasional, demi tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika.

2. Menolak segala bentuk penyebaran berita bohong/hoaks ujaran kebencian kerukunan beragama dan kekacauan bangsa.

3. Mengimbau dan mengajak seluruh umat beragama untuk menghargai perbedaan, mengedapankan persamaan, dan meminimalisir kecurigaan dan prasangka buruk terhadap sesama penganut beragama, demi terciptanya kerukunan, kedamaian, dan keamanan.

4. Mengajak seluruh masyarakat beragama untuk menolak segala bentuk eksploitasi isu-isu SARA, paham intoleran, radikalisme, dan terorisme yang sangat berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan.

5. Mengajak seluruh komponen umat beragama untuk memperkuat kearifan lokal, sebagai daya tangkal intoleran, radikalisme, dan terorisme yang saat ini sedang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

6. Mendukung TNI dan Polri untuk bertindak tegas sesuai aturan terhadap orang-orang yang merusak persatuan, merongrong NKRI dan menciderai kedamaian umat beragama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement