REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menilai, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) hampir dipastikan bubar. KIB diketahui digagas oleh Partai Golkar bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Ketika koalisi ini belum juga merampungkan nama capres dan cawapres yang akan diusung, PPP sudah berpindah haluan dengan merapat ke PDIP dan mendukung pencalonan kader PDIP Ganjar Pranowo sebagai capres.
Belakangan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, juga menemui Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri untuk membuka peluang juga ikut mendukung Ganjar.
"Adanya pertemuan Zulhas dengan Megawati, besar kemungkinan KIB bubar. Ini ujian bagi kematangan politik Golkar," kata Najmuddin, Sabtu (3/6/2023).
Sejak awal, Najmuddin menyebut, KIB sudah rapuh. Karena tabiat ketiga partai baik itu Golkar, PPP dan PAN sama-sama oportunis yang bisa berubah haluan dalam waktu sejenak.
PPP lanjut Najmuddin, tidak akan kesulitan untuk berkoalisi dengan PDIP karena kedua partai sudah punya rekam jejak masa lalu yang cukup baik.
Sementara PAN sejak tak lagi dipengaruhi Amien Rais juga dinilai lebih mudah untuk membuka pintu komunikasi dengan Megawati.
"Ini jadi baik buat PDIP. Walau sebenarnya bisa mengusung pasangan capres cawapres tanpa koalisi, tapi dengan dukungan PPP dan PAN, koalisi mereka jadi lebih kuat," ucap Najmuddin.