Rabu 07 Jun 2023 00:12 WIB

Megawati: Ngapain Saya Neken Jokowi, Liat Saja Pasukannya Kayak Gitu Tuh

Jokowi selalu dikelilingi oleh Pasukan Pengamanan Presiden yang melindunginya.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Momen keakraban Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rakernas III PDIP yang diunggah Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Foto: Dok Republika
Momen keakraban Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rakernas III PDIP yang diunggah Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sekaligus presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri mengaku sebagai orang yang taat peraturan. Termasuk setelah Joko Widodo (Jokowi) dilantik sebagai presiden periode 2019-2024 pada 20 Oktober 2019.

"Makanya, ngapain saya nekan presiden? Loh itu yang harus bisa dibedakan loh. Saya ini orang taat aturan, lah kalau ditanya. Loh kok mungkin aja (neken) Pak Jokowi kan yang dipilih Ibu?' Loh iya lah, tapi kan yang juga memilih rakyat Indonesia," ujar Megawati usai rapat kerja nasional (Rakernas) III PDIP di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Selasa (6/6/2023).

Ia justru bertanya balik, bagaimana cara menekan Jokowi. Sebab, Jokowi selalu dikelilingi oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang melindunginya.

"Jadi kalau dibilang neken, saya mau nyari cara nekennya gimana? Iya loh, Pak Jokowi nanti kan omongan saya, lihat aja nih pasukannya aja kaya gitu, tuh, tuh, mana saya punya pasukan kayak gini," ujar Megawati.

"Jadi apa saya neken? Nah, terima kasih," sambung mengakhiri pernyataannya.

Di samping Megawati, Jokowi kembali menyampaikan maksud cawe-cawe atau ikut campur yang pernah dinyatakannya beberapa hari lalu. Jelasnya, cawe-cawe itu adalah bentuk kewajiban moral jelang transisi kepemimpinan pada 2024.

"Saya cawe-cawe itu saya sampaikan bahwa menjadi kewajiban moral, menjadi tanggung jawab moral saya sebagai Presiden dalam masa transisi kepemimpinan nasional di 2024. Ya harus menjaga agar kepemimpinan nasional serentak, pilpres, itu bisa berjalan dengan baik tanpa ada riak-riak yang membahayakan," ujar Jokowi, di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Selasa (6/6/2023).

"Masa riak-riak yang membahayakan bangsa saya disuruh diem. Ndaklah," sambungnya mengakhiri konferensi pers.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa loncatan kemajuan yang telah dilakukan pemerintahan Jokowi perlu dilanjutkan. Karenanya, Jokowi melakukan cawe-cawe atau ikut campur agar adanya keberlanjutan tersebut.

"Itulah apa yang menjadi perhatian dari Presiden Jokowi, perlunya loncatan kemajuan. Sehingga Presiden Jokowi pun akan cawe-cawe demi menjaga loncatan kemajuan," ujar Hasto dalam pidato pembukaan konsolidasi yang digelar DPD PDIP Jakarta, di Basket Hall Senayan, Jakarta, Ahad (4/6/2023).

"Inilah yang harus kita sambut sebagai energi positif saudara-saudara sekalian, bahwa cawe-cawe dari Bapak Presiden adalah untuk kemajuan Indonesia Raya," sambungnya.

Bakal calon presiden (capres), Ganjar Pranowo sendiri merupakan satu kesatuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ganjar dipastikannya akan melanjutkan pembangunan yang dilakukan oleh Jokowi, termasuk ibu kota negara (IKN) Nusantara.

"Inilah sejatinya bahwa yang namanya Presiden Jokowi dan kemudian Pak Ganjar satu kesatuan. IKN beres, karena itu sudah digagas oleh Bung Karno. Kemudian hilirisasi-hilirisasi, beres akan dilanjutkan," ujar Hasto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement