REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Misi untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045, harus dimulai sejak dini. Generasi Milenial dan Generasi Z yang akan mengisi momentum tersebut, harus dibekali dengan mental 'tahan banting'.
Selain itu, semangat kreativitas, inovasi, hingga kemandirian Generasi Milenial dan Generasi Z harus pun harus terus dirawat.
"Milenial dan Gen z merupakan Golden Generation yang ikut serta dalam menentukan. Mereka yang akan memimpin di 2045, kita harus kawal, ketika lengah, 2045 macan Asia tidak akan terwujud," ujar Kepala Sekretariat, Alumni ITB Sobat Ganjar Pranowo (AIS-GP) Rona Marginung, Selasa (27/6/2023).
Menurut Rona, pihaknya telah berkomitmen untuk ikut membuat pergerakan dengan menanam spirit kepada generasi muda secara berkelanjutan. Program Amazing Parenting di Tamansari Kota Bandung dan Jaya Giri Lembang sukses.
Terbaru, kata dia, pihaknya menggelar pertemuan dengan Gen Z dan Milenial di Kota Bandung untuk menjaring berbagai aspirasi hingga konsultasi ide-ide bisnis.
"Kita tidak masuk ke ranah Pemilu. Kita ranahnya mencerdaskan masyarakat, dalam kesempatan ini Milenial dan Gen Z, agar mereka tidak terus berada di zona nyaman. Kita mengingatkan, apa yang ada sekarang harus berkelanjutan, sustainable," katanya.
"Makanya sasaran kami bukan eksekutif muda, justru generasi yang baru mulai berkarir, kita menjaga spirit mereka," katanya.
Sementara menurut Wakil Ketua AIS-GP, Amar Rasyad, situasi politik menjadi salah satu penentu misi mewujudkan Indonesia emas di 2045. Generasi Z dan Milenial harus pula dibekali dengan pemahaman politik agar arah Indonesia emas tidak terdistorsi.
"Situasi pemerintahan harus kondusif, sehebat apapun kalau tidak kondusif tidak bisa, misal penegakan hukum harus baik, inilah saatnya anda memilih pimpinan yang sudah punya track record," katanya.
"Saya berpihak ke Ganjar, karena ingin Indonesia lebih maju," imbuhnya.
Di lokasi yang sama, Muhammad Lamza Hilmar Fauzi (28 tahun) membenarkan bahwa merintis suatu usaha bagi kalangan muda tidaklah mudah. Karena, diperlukan suatu tekat dan keuletan serta kerja keras hingga kreativitas.
Muhammad telah jatuh bangun selama 7 bulan merintis kedai kopi di Kota Bandung. Dengan keterbatasan pengalaman, Muhammad menilai perlu suatu gerakan yang lebih masif agar semangat entrepreneur generasi muda tidak luntur.
"Buat saya di kedai kopi ada beberapa keluh kesah mulai pelatihan kebaristaan, pelatihan wirausaha yang sejauh ini masih minim. Pemerintah harus bisa memfasilitasi itu," katanya.
Masalah klasik dari generasi muda dalam merintis usaha adalah soal permodalan. Menurutnya, pemerintah juga harus lebih banyak membuat program yang dapat menyelesaikan persoalan tersebut.