Kamis 06 Jul 2023 13:36 WIB

DKPP Bandung Perketat Lalu Lintas Hewan Ternak Antisipasi Antraks

Penyaluran hewan ternak yang berasal dari wilayah terjadi antraks akan dihentikan.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar.
Foto: Republika/Dea Alvi Soraya
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung memperketat lalu lintas hewan ternak dari luar daerah sebagai antisipasi penyebaran antraks. Hal itu merespons kasus puluhan warga yang terserang antraks di Kabupaten Gunungkidul.

Kabid Peternakan dan Kesehatan DKPP Kota Bandung Wilsandi Saefuloh mengatakan hewan ternak yang masuk ke Kota Bandung harus dilengkapi oleh surat keterangan kesehatan hewan. Selain itu, penyaluran hewan ternak yang berasal dari wilayah terjadi antraks akan dihentikan terlebih dulu.

Baca Juga

"Bandung zero antraks, kita jaga dari sisi (penyaluran) masuk ke rumah potong harus memiliki surat keterangan kesehatan hewan," ucap dia saat dihubungi, Kamis (6/7/2023).

Dia mengatakan, para peternak yang berada di wilayah terjadi antraks pun tidak ingin berisiko menyalurkan ternak. Wilsandi mengatakan, antisipasi terus dilakukan agar penyebaran antraks di daerah lain tidak muncul di Bandung.

Kepala DKPP Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengatakan, belum didapati temuan kasus antraks di Kota Bandung. "Kita belum ada," kata dia.

Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Ira Dewi Jani mengatakan belum ditemukan kasus antraks yang menyerang manusia. "Sampai saat ini di Kota Bandung, tidak ada kasus antraks pada manusia," ucap dia.

Sebelumnya, wabah antraks merebak di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, dan terungkap masyarakat setempat menggali kembali hewan ternak yang mati dan sudah dikubur, untuk kemudian dikonsumsi dagingnya. Hingga kini, dilaporkan ada tiga warga setempat meninggal dunia dengan status positif antraks.

Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, hewan ternak yang terpapar antraks yang sudah mati dan seharusnya dikubur sesuai SOP. Namun, warga di Dusun Jati rupanya mengkonsumsi dagingnya sebelum pihaknya tiba.

"Sudah mati terus dipotong. Ketahuan karena ada warga yang sakit lapor ke kita, lalu kita surveilans," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Wibawanti Wulandari, Rabu (5/7/23).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement