Senin 07 Aug 2023 20:16 WIB

Disdikpora Pangandaran Kaji Faktor Puluhan Siswa Belum Lancar Baca

SMPN 1 Mangunjaya diapresiasi karena menerima siswa yang belum lancar membaca.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Membaca buku.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
(ILUSTRASI) Membaca buku.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN — Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, mengkaji kasus puluhan siswa di SMP Negeri (SMPN) 1 Mangunjaya yang belum lancar membaca. Sekretaris Disdikpora Kabupaten Pangandaran Dodi Djubardi menyebut ada beberapa kemungkinan yang membuat siswa belum lancar membaca.

Dilaporkan ada 32 siswa SMPN 1 Mangunjaya yang belum lancar membaca. Kasus itu ditemukan setelah pihak sekolah melaksanakan program literasi untuk para siswanya. “Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak belum bisa (lancar) membaca,” kata Dodi, saat dihubungi Republika, Senin (7/8/2023).

Baca Juga

Dodi menyebut setidaknya lima kemungkinan. Pertama, siswa kurang mendapat bimbingan orang tua. Kedua, ketelatenan guru dalam memberikan pembelajaran kurang optimal. 

Ketiga, siswa kurang motivasi untuk belajar. Keempat, siswa kurang konsentrasi dalam belajar. Kelima, kemungkinan siswa itu memiliki kebutuhan khusus. 

Menurut Dodi, puluhan anak yang belum lancar membaca di SMPN 1 Mangunjaya itu memiliki latar belakang berbeda. Mereka juga tidak berasal dari satu SD yang sama.

Dodi mengatakan, Disdikpora masih mengkaji dan mendalami kasus itu. “Apakah karena ada kebutuhan khusus atau ada proses belajar saat di SD tidak maksimal. Itu perlu pengkajian lebih dalam. Ketika sudah ketahuan penyebabnya, kami tentu akan lakukan evaluasi,” kata Dodi.

Berdasarkan pengalamannya mengajar di SD, menurut Dodi, hampir setiap tahun ada anak yang tak bisa atau tidak lancar membaca. Salah satu penyebabnya, kata dia, anak itu memiliki kebutuhan khusus, tapi orang tua tetap ingin menyekolahkan anaknya di sekolah umum lantaran sekolah luar biasa (SLB) jauh jaraknya.

Selain itu, ada juga keluhan dari para guru terkait anak yang belum bisa membaca. “Harus dilihat latar belakangnya. Intinya, hak anak dalam mendapatkan pendidikan harus dipastikan,” kata Dodi.

Apresiasi

Dodi mengapresiasi SMPN 1 Mangunjaya yang menerima siswa, meskipun belum lancar membaca. Menurut dia, Disdikpora Pangandaran juga tengah mendorong sekolah inklusif.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement