Selasa 15 Aug 2023 14:45 WIB

Festival Beubeutian di Cisayong Tasikmalaya dan Tradisi Generasi Baheula

Festival Beubeutian menjadi agenda rutin saat peringatan hari jadi Desa Cisayong.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Irfan Fitrat
Berbagai makanan disajikan warga saat Festival Beubeutian di Lapangan Sakti Lodaya, Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (14/8/2023).
Foto: Republika/ Bayu Adji P
Berbagai makanan disajikan warga saat Festival Beubeutian di Lapangan Sakti Lodaya, Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (14/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Sejumlah warga dengan beragam kostum membawa berbagai makanan olahan dari umbi-umbian ke Lapangan Sakti Lodaya, Desa Cisayong, Senin (14/8/2023). Makanannya dibentuk bermacam rupa.

Makanan itu dibawa kelompok warga yang mewakili setiap rukun tetangga (RT) di Desa Cisayong. Beberapa warga dari desa tetangga juga ikut memeriahkan Festival Beubeutian yang digelar Pemerintah Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, itu.

Baca Juga

Festival Beubeutian merupakan rangkaian dari hajatan besar dalam rangka memperingati Hari Jadi Desa Cisayong, yang digelar sejak 12 Agustus 2023. Desa Cisayong kini berusia satu abad. “Festival ini sudah berjalan selama dua tahun terakhir. Kami selalu agendakan setiap peringatan ulang tahun Desa Cisayong,” ujar Kepala Desa Cisayong Yudi Cahyudin.

Yudi menjelaskan, Festival Beubeutian merupakan kegiatan yang didasari kebudayaan lokal, di mana warga berkumpul membawa berbagai makanan olahan nonberas atau daging. Seluruh makanan yang disajikan dalam festival tersebut berasal dari tumbuhan atau umbi-umbian. 

Hal itu disebut dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menjaga keseimbangan alam. “Makna dari festival ini adalah memakan makanan yang ada di sekitar kita, yaitu umbi-umbian,” kata Yudi.

Salah seorang warga yang turut serta dalam Festival Beubeutian, Titin (62 tahun), mengaku antusias. Terlebih, penyajian beubeutian dilakukan bersama-sama oleh para warga. “Kami bawa singkong, ubi, kacang tanah, tapai, dan lainnya. Semua olahan dari umbi-umbian,” ujar dia.

Titin berharap Festival Beubeutian dapat dilaksanakan secara rutin. Festival ini disebut dapat turut menjaga kebersamaan antarwarga.

 

photo
Warga membawa makanan untuk disajikan saat Festival Beubeutian. - (Republika/ Bayu Adji P)

 

Mengangkat tradisi dahulu

Ketua Panitia Gebyar Merah Putih 100 Tahun Desa Cisayong, Fathuzzaman, mengatakan, Festival Beubeutian ini terinspirasi dari tradisi generasi baheula atau dahulu. 

“Mungkin dulu bukan berbentuk festival, tapi hanya membawa beubeutian ke suatu tempat, lalu makan bersama. Tradisi ini kami angkat jadi festival agar lebih meriah,” kata lelaki yang kerap disapa Ogi itu kepada Republika.co.id, Selasa (15/8/2023).

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement