REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya mengungkapkan, sejumlah hal yang terjadi sebelum adanya kabar Partai Nasdem meneken kerja sama politik dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada 30 Agustus 2023. Salah satunya adalah saat Anies Rasyid Baswedan sudah memutuskan memilih Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres).
Ungkapnya, keputusan Anies tersebut terjadi setelah dirinya bertemu dengan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto pada 12 Juni 2023. Diketahui, pembahasannya dengan Hasto itu untuk mengagendakan pertemuan antara AHY dengan Puan Maharani.
"Capres Anies menghubungi pada 12 Juni 2023 dan mengatakan kepada Ketum AHY, 'Saya ditelepon beberapa kali oleh Ibu saya dan guru spiritual saya, agar segera berpasangan dengan capres-cawapres Anies-AHY'," ujar Riefky lewat keterangannya, Kamis (31/8/2023).
Selanjutnya, dia menyebut, bahwa nama AHY sebagai bakal cawapres dari Anies diputuskan pada 14 Juni 2023. Hal tersebut sudah diketahui juga oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Aljufri.
"Serta kepada Agus Harimurti Yudhoyono dan Susilo Bambang Yudhoyono, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. Menurut capres Anies, ketiga pimpinan parpol menerima putusan tersebut dan tidak ada penolakan," ujar Riefky.
Anies, jelas Riefky, menilai AHY telah memenuhi kriterianya sebagai pendamping pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Termasuk sesuai dengan kriteria Tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Surat tangan Anies untuk AHY ...