Rabu 06 Sep 2023 05:31 WIB

Ketegasan Mengambil Sikap Jadi Pembeda Cak Imin dan AHY

AHY seharusnya bisa menjaga atau meningkatkan daya tawar.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Direktur Lingkaran Madani (Lima) Ray Rangkuti diwawancara wartawan.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Direktur Lingkaran Madani (Lima) Ray Rangkuti diwawancara wartawan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hengkangnya PKB dari KKIR dan Partai Demokrat dari KPP masih mengejutkan banyak pihak. Padahal, sebelumnya posisi Cak Imin dan PKB dengan AHY dan Partai Demokrat di poros masing-masing terbilang mirip.

Pengamat politik, Ray Rangkuti, mengaku tidak terkejut AHY tidak terpilih sebagai cawapres Anies. Apalagi, Ray pernah memprediksi jika sampai Juli tidak ada deklarasi, AHY hampir dipastikan memang bukan cawapres Anies.

Bagi Ray, kondisi yang mengejutkan malah pilihan Anies yang jatuh ke Cak Imin. Maka itu, ia merasa, kejengkelan AHY dan Partai Demokrat ke KPP sebenarnya bisa dimengerti seperti kejengkelan Cak Imin dan PKB ke KKIR.

"Sebetulnya, nasib Cak Imin dan AHY kurang lebih sama, yang berbeda Cak Imin tahu cepat mengambil keputusan. AHY seperti biasa ragu-ragu antara ke luar, tidak ke luar. Cak Imin begitu ada tawaran langsung pindah," kata Ray dalam diskusi yang digelar Para Syndicate, Selasa (5/9).

Apalagi, dia mengingatkan, AHY sudah melakukan pertemuan dengan Puan Maharani yang sebenarnya sudah cukup bagus mengangkat daya tawarnya di KPP. Uniknya, AHY sendiri yang menenggelamkan daya tawar tersebut.

Sebab, setelah itu AHY malah menegaskan kesetiaan menjaga komitmen dan memasang baliho-baliho dirinya bersama Anies. Seharusnya, Ray merasa, AHY seharusnya bisa menjaga atau meningkatkan daya tawar tersebut.

Artinya, AHY seharusnya bisa membuat Anies mengejarnya, bukan malah mengesankan diri sebaliknya. Persoalannya, saat itu AHY cinta buta, saking cinta buta tidak ada alternatif skenario yang dipersiapkan.

"Menurut saya, sengaja Anies maupun Nasdem mendeklarasikan pertengahan September. Yang sulit dipahami, AHY tidak membuat dirinya seolah berguna di Koalisi Perubahan, bermanfaat atau menjadi penentu di Perubahan," ujar Ray.

Ray merasa, kondisi itu bisa dipahami membuat sakit hati dan memicu kekecewaan dari Partai Demokrat. Hal itulah yang mendorong kader-kader atau elit-elit dari Demokrat menggunakan diksi seperti pengkhianatan.

Di sisi lain, dia melihat, apa yang disampaikan Anies membenarkan kalau dia memang tidak memegang penuh Koalisi Perubahan. Menurut Ray, semua ini mengonfirmasi kalau kendali sebenarnya ada di Surya Paloh.

"Sekalipun mereka berbusa mengatakan Anies diberi kesempatan menentukan siapa calon wakil presidennya, itu di depan mata kita, di belakang tentu saja di bawah kontrol Surya Paloh," kata Ray.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement