Ahad 08 Oct 2023 20:22 WIB

Majalengka Membara, Suhunya Capai 38,4 Derajat

Suhu maksimum tertinggi pertama ditempati oleh BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Karta Raharja Ucu
Ratusan warga Desa Heuleut, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, menggelar sholat, di Lapangan Sepak Bola Desa Heuleut, Kamis (5/10/2023).
Foto: Dok Republika
Ratusan warga Desa Heuleut, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, menggelar sholat, di Lapangan Sepak Bola Desa Heuleut, Kamis (5/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Kabupaten Majalengka menempati peringkat kedua sebagai daerah paling panas di Indonesia. Suhu udara maksimum yang terpantau di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati di Kabupaten Majalengka, mencapai 38,4 derajat celsius.

Angka 38,4 derajat celsius tersebut menempatkan Majalengka sebagai wilayah tertinggi kedua paling panas di Indonesia. Suhu maksimum tertinggi pertama ditempati oleh BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah yang mencapai 38,6 derajat celsius.

Baca Juga

Sedangkan suhu maksimum tertinggi ketiga dan keempat masing-masing ditempati BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani 37,8 derajat C dan BMKG Stasiun Klimatologi Kalimantan Selatan 37,3 derajat C. "Kondisi suhu itu tercatat dalam rentang waktu 6 Oktober 2023 pukul 07.00 WIB sampai 7 Oktober 2023 pukul 07.00 WIB," kata Plt Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Ahmad Faa Iziyn, Sabtu (7/10/2023).

Adapun wilayah BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati mencakup Ciayumakajuning (Kota/Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) dan Sumedang. Di antara daerah-daerah tersebut, suhu udara yang lebih tinggi terjadi di Cirebon, Indramayu dan Majalengka.

 

Faiz menyebutkan, sepekan yang lalu, suhu udara maksimum di Cirebon, Indramayu dan Majalengka mencapai 38 derajat C. Suhu maksimum pada tahun ini tercatat lebih panas dibanding September 2022 yang mencapai 36 derajat celsius.

 

Faiz mengungkapkan, masyarakat saat ini merasakan suhu udara yang panas dan menyengat pada siang hari. Menurutnya, hal itu diakibatkan minimnya tutupan awan saat siang hari.

Selain itu, lanjut Faiz, pergerakan semu matahari pada akhir September sampai dengan pertengahan Oktober, posisinya tepat di atas Indonesia, terutama di atas wilayah Pulau Jawa. "Didukung juga oleh faktor lokal serta lingkungan sekitar sehingga suhu udara lebih panas," kata Faiz.

Menghadapi cuaca panas seperti sekarang, Faiz mengimbau agar masyarakat selalu menjaga kesehatan. Di antaranya, dengan menjaga kecukupan kebutuhan cairan tubuhnya sehingga tidak mengalami dehidrasi, kelelahan, dan dampak buruk lainnya akibat suhu panas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement