Selasa 17 Oct 2023 05:25 WIB

Dualisme Projo Dilihat Sebagai Perubahan Strategi Jokowi

Belakangan posisi Jokowi seperti buah simalakama.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ceo & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.
Foto: Dok.Republika
Ceo & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pro Jokowi (Projo) belakangan menunjukkan dualisme, ada yang mendukung Ganjar, ada yang mendukung Prabowo. Pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago menilai, itu tanda perubahan strategi Presiden Jokowi.

Dia mengingatkan, sikap Projo sudah pasti akan solid kepada Presiden Jokowi. Sebab, sejak lama yang merawat Projo tidak lain merupakan Presiden Jokowi, bahkan selama ini tidak pernah membubarkan diri.

Mereka sering mengatakan kongres-kongres, menyerap aspirasi capres pilihan Projo dan beberapa kali acara Projo dihadiri Presiden Jokowi. Tapi, ia melihat, belakangan posisi Jokowi seperti buah simalakama.

Jokowi menjadi sosok yang tertuduh, terdiskreditkan dan seolah dilihat sebagai pengkhianat. Bahkan, Jokowi mendapat serangan langsung dari PDIP dan kelompok-kelompok yang selama ini sudah mendukung Ganjar Pranowo.

"Pak Jokowi hari ini mengubah strategi, saya lihat perubahan strategi itu dari indikasi ketika kemarin (Rakernas Projo) seharusnya deklarasi di Senayan, akhirnya dipindah ke rumah Prabowo, di situ tidak ada Jokowi," kata Pangi, Senin (16/10).

Hari ini, dia menuturkan, Projo terkesan sudah main halus dan tidak terlalu kasar lagi. Pangi merasa, Projo ingin menjaga perasaan PDIP dan Ganjar, serta menjaga tendensi kalau Jokowi sudah mendukung Prabowo.

Apalagi, dia menekankan, sebenarnya untuk mendeteksi sikap Jokowi tidak sulit karena bisa dilihat dari dukungan Projo atau PSI. Sehingga, kita bisa mengetahui arah dukungan Jokowi dari kaki-kaki Jokowi tersebut.

"Sekarang, terkesan Pak Jokowi membuat bayang-bayang itu dikurangi, garis tidak lagi garis komando, sudah mulai garis putus-putus lagi," ujar Pangi.

Direktur Eksekutif Voxpol itu berpendapat, Presiden Jokowi sudah mulai mengubah pelan-pelan strateginya untuk menghindari perang urat saraf. Terlebih, bahasa PDIP sudah cukup keras memakai diksi-diksi khianat.

"Itu membuat Jokowi mulai menurunkan tendensinya, supaya tidak terlalu clash," kata Pangi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement