REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Barat (Jabar) menyebutkan kawasan Jabar selatan bisa menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi daerah itu. Kepala BI Kantor Perwakilan Jabar Erwin Hutapea menyarankan, Pemprov Jabar untuk mencari sektor baru di Jabar selatan sebagai pusat hilirisasi industri pertanian.
"Satu hal yang menarik untuk Jabar adalah bagian selatan. Kalau Jabar selatan itu bisa menjadi pusat industri pertanian termasuk hilirisasinya, saya kira ini menjadi sebuah mesin baru pertumbuhan untuk Jabar," kata Erwin dalam West Java Economic Society (WJES) di Bandung, Selasa (31/10/2023).
Dia mengatakan, bahwa pelemahan ekonomi global berpotensi untuk menurunkan permintaan ekspor di Jawa Barat. Oleh karenanya, diperlukan strategi dan inovasi untuk menemukan sumber pertumbuhan ekonomi baru, salah satunya dengan mendorong kawasan Jabar selatan.
"Kita perlu terus mendorong agar hilirisasi dalam kewajaran pandang tadi untuk Jabar itu terus kita dorong dan kembangkan," kata dia.
Dia menambahkan, bahwa saat ini perekonomian di Jabar masih dalam situasi yang aman. Pada kuartal II 2023 angkanya mencapai 5,25 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,17 persen.
Dia menilai, saat ini, Jabar masih bergantung kepada industri manufaktur yang memberikan kontribusi hingga 41 persen dalam perekonomian provinsi itu. Sementara untuk di sektor pertanian hanya menyumbang sebesar sembilan persen.
"Kontribusi sektor pertanian Jabar ini masih di kisaran angka itu. Kita masih tergantung dengan pergerakan terhadap industri," kata dia.
Lebih lanjut, dia menyebut, pada akhir tahun perekonomian Jabar masih akan tumbuh di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen. Meski begitu, BI Jabar meminta Pemprov Jabar untuk tahun depan agar mencari peluang baru dalam menjaga perekonomian tetap tumbuh di tengah situasi global yang tidak pasti.