REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG----Pakar ITB sepakat dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi (PVMBG), yang menyebut gempa di Sumedang diduga terjadi karena adanya aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Ahli kegempaan ITB Irwan Meilano mengatakan, kemungkinan memang pemicu gempa karena adanya pergerakan sesar aktif tersebut.
"Saya setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh Badan Geologi. Kemungkinan ada sumber gempa di sana aktivitas dari Sesar Cileunyi-Tanjungsari," ujar Irwan dikutip dari laman ITB.ac.id, Selasa (2/1/2024).
Namun untuk meneliti hal itu lebih lanjut, menurut Irwan, ITB bersama beberapa lembaga terkait lainnya, akan bersama-sama mencari parameter dari sumber-sumber gempa baru. Serta, untuk mengidentifikasi lebih detail mengenai gempa yang terjadi di Sumedang.
"Belajar dari gempa yang terjadi di Sumedang, kami akan mencari parameter yang lebih detail. Kemungkinan nanti akan dimasukkan ke dalam sumber-sumber gempa baru yang terjadi di Indonesia," katanya.
Karena, kata dia, masih perlu dicari untuk detailnya termasuk parameter sumber gempa, panjangnya, tingkat aktivitasnya, maksimum magnitudonya, serta lain sebagainya. Di Indonesia sendiri terdapat berbagai lembaga yang tergabung dalam Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), ITB pun termasuk salah satu di antaranya.
Irwan pun, mengingatkan potensi dampak yang signifikan dari kejadian gempa bumi di Sumedang yang berkekuatan magnitudo tidak terlalu besar. Ia mengatakan dampak yang terjadi berpotensi menimbulkan kerusakan besar.
"Ada tiga konsen di sini, yaitu pertama sumber gempa yang tidak terlalu besar dari magnitudo-nya. Namun, ternyata cukup dangkal kedalamannya," katanya.
Kedua, kata dia, karakteristik lapisan tanah di Jawa Barat yang mempunyai berbagai produk vulkanik sehingga dapat meningkatkan guncangan gempa. Kondisi tersebut membuat gempa dengan kekuatan yang kecil tapi guncangan yang terasa keras di permukaan.
Ketiga, ia menuturkan kondisi geografis wilayah di Sumedang dan sekitarnya yang memiliki banyak penduduk dan telah dipadati bangunan. Sehingga dapat berpotensi menimbulkan banyak kerusakan saat terjadi bencana.
Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB ini meminta masyarakat mewaspadai potensi bencana gempa yang kekuatannya tidak terlalu besar. Namun, tetap dapat menimbulkan dampak kerusakan.
"Kita juga pernah ada kejadian yang mirip, yaitu gempa Cianjur pada November tahun lalu. Meski kekuatannya berbeda, tapi tetap memberikan kerusakan yang signifikan," katanya.
Ia pun mengimbau masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan serta kewaspadaan terhadap gempa bumi susulan maupun potensi bencana lainnya.
Gempa bumi di Sumedang sudah terjadi Ahad (31/12/2023) pukul 14.35 Wib dengan kekuatan magnitudo 4.1. Gempa kedua pukul 15.38 Wib dengan kekuatan magnitudo 3.4. Gempa ketiga dengan kekuatan magnitudo 4.8 terjadi pada pukul 20.34 Wib.
Gempa susulan kembali terjadi di Kabupaten Sumedang Senin (1/1/2024) pada pukul 20.46 WIB dengan kekuatan magnitudo 4.5.