REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON---Harga garam di tingkat petani di Kabupaten Cirebon saat ini mulai mengalami kenaikan seiring masuknya musim penghujan. Namun, sebagian besar petani garam tidak bisa menikmati kenaikan harga garam itu karena tidak lagi memiliki garam simpanan.
Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Petani Garam Indonesia Kabupaten Cirebon, Insyaf Supriadi. Menurutnya, harga garam hari ini di gudang mencapai Rp 1.000 – Rp 1.300 per kilogram, tergantung kualitas maupun pemasarannya. Sedangkan harga garam yang sudah berada di atas truk pengangkut, mencapai Rp 1.500 per kilogram.
‘’Ya harga garam sekarang sudah mulai naik. (Sebelum masuk musim hujan) harganya di kisaran Rp 800 per kilogram,’’ ujar Insyaf kepada Republika, Selasa (23/1/2024).
Insyaf mengakui, sebagian besar petani garam saat ini tidak bisa menikmati kenaikan harga garam tersebut. Pasalnya, mereka langsung menjual garam itu sesaat setelah panen. ‘’Ya untuk kebutuhan sehari-hari, jadi panen, jual, panen, jual, seperti itu,’’ kata Insyaf.
Insyaf mengatakan, hanya sebagian kecil petani garam yang saat ini masih memiliki simpanan garam. Hal itupun dikarenakan mereka memiliki anggota keluarga yang bisa menopang kebutuhan sehari-hari. Insyaf memperkirakan, kenaikan harga garam akan terus terjadi. Hal tersebut seiring dengan semakin menipisnya stok garam.
Menurutnya, produksi garam petani di Kabupaten Cirebon pada 2023 lalu mencapai sekitar 50 ribu ton. Jumlah tersebut diperoleh dari lahan tambak sepanjang Losari – Bungko. "Tapi dari jumlah itu, sisa stok garam mungkin hanya sekitar 13 ribu – 15 ribu ton. Lainnya sudah langsung dijual saat panen,’’ kata Insyaf.
Hal itu diakui oleh seorang petani garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Ismail. Dia mengatakan, sebagian petani di wilayahnya sudah menjual stok garam mereka yang ada di gudang untuk modal tanam bawang merah di musim penghujan ini. ‘’Jadi ya petani garam tidak bisa menikmati harga garam yang mengalami kenaikan saat ini,’’ kata Ismail.
Ismail mengatakan, sejak musim hujan tiba, produksi garam terhenti. Karenanya, sebagian petani garam di desanya kini beralih profesi menjadi petani bawang merah.